Kritik dan Saran silahkan kirim pesan ke" bayz.pabayo@gmail.com "

Bronkiolitis pada Anak



Pendahuluan
Bronkiolitis akut adalah infeksi saluran pernapasan yang ditandai oleh obstruksi inflamasi saluran napas kecil (bronkiolus). Sering mengenai anak usia di bawah satu tahun dengan insiden tertinggi umur 6 bulan. Bronkiolitis akut yang terjadi di bawah umur satu tahun kira-kira 12% dari seluruh kasus, sedangkan pada tahun kedua lebih jarang lagi, yaitu sekitar setengahnya. Penyakit ini menimbulkan morbiditas infeksi saluran napas bawah terbanyak pada anak. Penyebab yang paling bayak adalah virus Respiratory syncytial, kira-kira 45--55% dari total kasus. Sedangkan virus lain seperti Parainfluenza, Rhinovirus, Adenovirus, dan Enterovirus sekitar 20%.

Bakteri dan mikoplasma sangat jarang menyebabkan bronkiolitis pada bayi. Sekitar 70% kasus bronkiolitis pada bayi terjadi gejala yang berat sehingga harus dirawat di rumah sakit, sedangkan sisanya biasanya dapat dirawat di poliklinik. Sebagian besar infeksi saluran napas ditularkan lewat droplet infeksi. Infeksi primer oleh virus RSV biasanya tidak menimbulkan gejala klinik, tetapi infeksi sekunder pada anak tahun-tahun pertama kehidupan akan bermanifestasi berat.
Infeksi virus sering berulang pada bayi. Hal ini disebabkan oleh:
  1. Kegagalan sistem imun host untuk mengenal epitope protektifdari virus.
  2. Kerusakan sistem memori respons imun untuk memproduksi interleukin I inhibitor dengan akibat tidak bekerjanya sistem antigen presenting.
  3. Penekanan pada sistem respons imun sekunder oleh infeksi virus dan kemampuan virus untuk menginfeksi makrofag serta limfosit. Akibatnya, terjadi gangguan fungsi seperti kegagalan produksi interferon, interleukin I inhibitor, hambatan terhadap antiobodi neutralizing, dan kegagalan interaksi dari sel ke sel.
Bronkiolitis yang disebabkan oleh virus jarang terjadi pada masa neonatus. Hal ini karena antibodi neutralizing dari ibu masih tinggi pada 4--6 minggu kehidupan, kemudian akan menurun. Antibodi tersebut mempunyai daya proteksi terhadap infeksi saluran napas bawah, terutama terhadap virus.

Patofisiologi
Invasi virus pada percabangan bronkus kecil menyebabkan udem, akumulasi mukus, dan debris seluler hingga terjadi obstruksi saluran napas kecil. Karena resistensi aliran udara saluran napas berbanding terbalik dengan radius pangkat 4 maka penebalan dinding bronkus sedikit saja sudah memberikan akibat cukup besar terhadap aliran udara.
Resistensi aliran udara pada saluran napas kecil meningkat baik pada fase inspirasi maupun ekpirasi. Tetapi, karena radius saluran napas lebih kecil selama fase ekpirasi maka terdapat mekanisme klep, sehingga udara akan terperangkap. Hal ini akan menimbulkan hiperinflasi dada. Atelektasis dapat terjadi bila obtruksi total dari udara diserap. Proses patologik ini menimbulkan gangguan pada proses pertukaran udara di paru, ventilasi berkurang, dan hipoksemia. Pada umumnya, hiperkapnia tidak terjadi kecuali pada keadaan yang sangat berat.
Berbeda dengan bayi, anak besar dan orang dewasa dapat mentoleransi udem saluran napas dengan lebih baik. Oleh karena itu, pada anak besar dan orang dewasa jarang terjadi bronkiolitis bila terkena infeksi oleh virus.

Anamnesis
Dengan cara Alloanamnesis yaiu\tu didapatkan pada anak usia di bawah 2 tahun dengan didahului infeksi saluran nafas akut bagian atas dengan gejala batuk, pilek, biasanya tanpa demam atau hanya subfebris. Sesak nafas makin hebat dengan nafas dangkal dan cepat.

Pemeriksaan fisis
Dapat dijumpai demam, dispne dengan expiratory effort dan retraksi. Nafas cepat dangkal disertai dengan nafas cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut, gelisah. Terdengar ekspirium memanjang atau mengi (wheezing). Pada auskultasi paru dapat terdengar ronki basah halus nyaring pada akhir atau awal inspirasi. Suara perkusi paru hipersonor. Jika obstruksi hebat suara nafas nyaris tidak terdengar, napas cepat dangkal, wheezing  berkurang bahkan hilang.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah tepi tidak khas. Pada pemeriksaan foto dada AP dan lateral dapat terlihat gambaran hiperinflasi paru (emfisema) dengan diameter anteroposterior membesar pada foto lateral serta dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar. Analisis gas darah dapat menunjukan hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis respiratorik atau metabolik. Bila tersedia, pemeriksaan deteksi cepat dengan antigen RSV dapat dikerjakan.

Manifestasi Klinis
Mula-mula bayi mendapatkan infeksi saluran napas ringan berupa pilek encer, batuk, bersin-bersin, dan kadang-kadang demam. Gejala ini berlangsung beberapa hari, kemudian timbul distres respirasi yang ditandai oleh batuk paroksimal, mengi, dispneu, dan iritabel. Timbulnya kesulitan minum terjadi karena napas cepat sehingga menghalangi proses menelan dan menghisap. Pada kasus ringan, gejala menghilang 1--3 hari. Pada kasus berat, gejalanya dapat timbul beberapa hari dan perjalananya sangat cepat.
Kadang-kadang, bayi tidak demam sama sekali, bahkan hipotermi. Terjadi distres pernapasan dengan frekuensi napas 60 x/menit, terdapat napas cuping hidung, penggunaan otot pernapasan tambahan, retraksi, dan kadang-kadang sianosis. Retraksi biasanya tidak dalam karena adanya hiperinflasi paru (terperangkapnya udara dalam paru). Hepar dan lien bisa teraba karena terdorong diafragma akibat hiperinflasi paru. Mungkin terdengar ronki pada akhir inspirasi dan awal ekpirasi. Ekpirasi memanjang dan mengi kadang-kadang terdengar dengan jelas.

Kelainan Rotngen Foto Thorax
Gambaran radiologik biasanya normal atau hiperinflasi paru, diameter anteroposterior meningkat pada foto lateral. Kadang-kadang ditemukan bercak-bercak pemadatan akibat atelektasis sekunder terhadap obtruksi atau anflamasi alveolus. Leukosit dan hitung jenis biasanya dalam batas normal. Limfopenia yang sering ditemukan pada infeksi virus lain jarang ditemukan pada brokiolitis. Pada keadaan yang berat, gambaran analisis gas darah akan menunjukkan hiperkapnia, karena karbondioksida tidak dapat dikeluarkan, akibat edem dan hipersekresi bronkiolus.

Pengobatan 
Infeksi oleh virus RSV biasanya sembuh sediri (self limited), sehingga pengobatan yang ditujukan biasanya pengobatan suportif4. Prinsip pengobatan adalah: 
 
1. Oksigenasi 
Oksigenasi sangat penting untuk menjaga jangan sampai terjadi hipoksia, sehingga memperberat penyakitnya. Hipoksia terjadi akibat gangguan perfusi ventilasi paru-paru. Oksigenasi dengan kadar oksigen 30--40% sering digunakan untuk mengoreksi hipoksia2. 
 
2. Cairan 
Pemberian cairan sangat penting untuk mencegah terjadinya dehidrasi akibat keluarnya cairan lewat evaporasi, karena pernapasan yang cepat dan kesulitan minum. Jika tidak terjadi dehidrasi diperlukan pemberian cairan rumatan. Cara pemberian cairan ini bisa intravena atau nasogastrik. Akan tetapi, harus hati-hati pemberian cairan lewat lambung karena dapat terjadi aspirasi dan menambah sesak napas akibat lambung yang terisi cairan dan menekan diafragma ke paru-paru. 
 
3. Obat-obatan 
a. Antivirus (Ribavirin) 
Bronkiolitis paling banyak disebabkan oleh virus sehingga ada pendapat untuk mengurangi beratnya penyakit dapat diberikan antivirus. Ribavirin adalah obat antivirus yang bersifat virus statik. Tetapi, penggunaan obat ini masih kontroversial mengenai efektivitas dan keamanannya. The American of Pediatric merekomendasikan penggunaan ribavirin pada keadaan diperkirakan penyakitnya menjadi lebih berat seperti pada penderita bronkiolitis dengan kelainan jantung, fibrosis kistik, penyakit paru-paru kronik, immunodefisiensi, dan pada bayi-bayi premature. Ada beberapa penelitian prospektif tentang penggunaan ribavirin pada penderita bronkiolitis dengan penyakit jantung dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian jika diberikan pada saat awal. Penggunaan ribavirin biasanya dengan cara nebulizer aerosol 12--18 jam per hari atau dosis kecil dengan 2 jam 3 x/hari4. 

b.      Antibiotik 
Penggunaan antibiotik biasanya tidak diperlukan pada penderita bronkiolitis, karena sebagian besar disebabkan oleh virus, kecuali ada tanda-tanda infeksi sekunder. Penggunaan antibiotik justru akan meningkatkan infeksi sekunder oleh kuman yang resisten terhadap antibiotik tersebut. 
 
c.      Bronkodilator dan Antiinflamasi 
Kedua macam obat tersebut masih kontroversial penggunaannya pada bronkiolitis. Ada beberapa penelitian yang mengatakan bahwa penggunaan bronkodilator dan antiinflarnsi dapat mengurangi beratnya penyakit dan mencegah terjadinya mengi di kemudian hari.

Penanganan
Penanganan bronkiolitis adalah:
  • Selalu coba untuk tidak merokok di rumah atau di sekitar bayi Anda, apalagi jika bayi memiliki kelainan saluran napas atau jantung, sistem kekebalan yang rendah, atau lahir prematur.
  • Antibiotik tidak dibutuhkan untuk bronkiolitis karena bronkiolitis disebabkan oleh virus.
  • Bayi membutuhkan istirahat lebih banyak, dan makan lebih sering dalam porsi lebih kecil. Pada bayi yang masih dalam masa ASI eksklusif, susui bayi lebih sering, namun dalam waktu yang lebih pendek setiap kalinya.
  • Paracetamol dapat diberikan jika anak merasa tidak nyaman.

Anak-anak perlu segera dibawa ke dokter atau RS jika ia:
  • Mengalami kesulitan bernapas (sangat cepat atau tidak teratur)
  • Tidak dapat makan seperti biasanya karena batuk atau mengi
  • Menunjukkan perubahan warna di wajah saat batuk
  • Tampak biru atau pucat dan berkeringat
Selain itu, jika anak tidak mengalami tanda-tanda bahaya seperti yang disebutkan di atas, perlu mengunjungi dokter anak jika anak:
  • Mengalami batuk yang memburuk
  • Makan kurang dari setengah jumlah makan normalnya atau menolak makanan/minuman
  • Tampak sangat lelah atau jauh lebih mengantuk dari biasanya

Secara umum, penanganan bronkiolitis dapat dirangkum sebagai berikut:
Keparahan
Tanda
Penanganan
Ringan
  • Anak sadar, warna kulit merah muda
  • Dapat makan dengan baik
  • Saturasi oksigen > 90%. Saturasi oksigen diketahui dengan alat sederhana di kantor dokter atau RS
Dapat ditangani di rumah dengan istirahat dan makan lebih sering dalam porsi kecil. Dapat dilakukan kunjungan follow-up ke dokter dalam 24 jam.
Sedang
Salah satu di antara:
  • Kesulitan makan
  • Lemah
  • Kesulitan bernapas, digunakannya otot-otot bantu pernapasan
  • Adanya kelainan jantung atau saluran napas
  • Saturasi oksigen < 90%
  • Usia kurang dari enam bulan
Bawa ke RS, di RS akan dilakukan:
  • Pemberian oksigen
  • Pemberian cairan intravena mungkin diperlukan
  • Observasi setiap jam
Berat
Seperti kriteria untuk kategori sedang, namun:
  • mungkin tidak membaik dengan pemberian oksigen
  • menunjukkan episode terhentinya napas
  • menunjukkan tanda kelelahan otot pernapasan atau terkumpulnya terlalu banyak karbon dioksida dalam tubuh. 
  • Monitor jantung dan pernapasan
  • Mungkin membutuhkan perawatan di ICU
  • Membutuhkan tes darah untuk mengetahui kadar berbagai zat dalam darah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar