Kritik dan Saran silahkan kirim pesan ke" bayz.pabayo@gmail.com "

Cacing Trichinella spiralis didalam otot




 
Sejarah
Sinonim Trichina spiralis Owen pada tahun 1835.
Pertama kali ditemukan dalam bentuk larva yang terdapat dalam kista didalam otot pasien yang diotopsi. Richard Owen (1853) yang pertama kali mendeskripsikan parasit ini sehingga dinamakan encysted larvae. 
 
Hospes dan nama penyakit
            Hospes dari binatang ini diantaranya manusia, babi, tikus, beruang, kucing, anjing dan lain-lain. Penyakit dari parasit ini dinamakan trikinosis, trikinelosis, atau trikiniasis.

Distribusi geografik
Cacing dewasa berbentuk halus seperti rambut. Cacing betina berukuran 3 – 4 mm sedangkan untuk cacing jantan 1,5 mm. ujung anterior terlihat langsing serta mulutnya kecil, bentukanya bulat tanpa papel. Ujung posterior pada cacing betina bulat dan tumpul, sedangkan unuk cacing jantan melengkung ke ventraldengan memiliki dua buah papel.

            Cacing betina lebih bersifat vivivar kadang masuk ke mukosa vilus usus mulai dari duodenum sampai ke sekum. Cacing betina menghasilkan hingga 1500 larva, dimana akan dilepas ke jaringan mukosa yang akan masuk ke dalam limfe dan peredaran darah kemudian akan disebarkan ke seluruh tubuh terutama di otot diafragma, iga, lidah, laring, mata, perut biseps dan daerah lainnya. Pada awal minggu awal ke 4larva yang tumbuh hanya menjadi kista dalam otot bergaris lintang. Kista hidup diotot kurang lebih 18 bulan, yang kemudian akan terjadi perkapuran dalam waktu 6 sampai 2 tahun. Infeksi terjadi apabila daging yang menggandung larva infektif dalam kista tertelan akibat kurangnya pematangan daging. Pada usus halus bagian proksimal dinding kista dacerna dan dalam waktu beberapa jam larva akan dilepas dan akan masuk mukosa, setelah 1,5 – 2 hari akan berpasangan dan menjadi dewasa.

Patologi dan gejala klinis
            Gejalanya bermacam-macam, tergantung kepada jumlah larva, jaringan yang terinfeksi dan keadaan umum penderita  yang disebabkan cacing dewasa dan stadium larva. Banyak penderita yang tidak menunjukkan gejala sama sekali.Gejala klinis tergantung dari beratnya infeksi Cacing dewasa melakukan invasi ke mukosa usus yang akan menimbulkan gejala yang paling awal dan khas adalah pembengkakan kelopak mata atas, yang terjadi secara tiba-tiba pada hari ke11 setelah terinfeksi.
Selanjutnya terjadi perdarahan pada bagian putih mata, nyeri di dalam mata dan kepekaan terhadap cahaya. Selain itu sakit perut, diare, muntah, dan mual. 1-2 hari sesudah infeksi itulah masa tunas gejala usus. Larva tersebar diotot kira-kira 7 – 28 hari sesudah infeksi. Pada kondisi tersebut akan timbul gejala nyeri otot (mialgia) dan radang otot (miositis) yang biasanya disertai demam (keringat yang berlebihan,  menggigil dan kelemahan, demam biasanya hilang-timbul, sering sampai 38,9˚Celsius dan tetap tinggi selama beberapa hari kemudian turun secara bertahap), eosinofilia dan hipereosinofilia.
Gejala yang disebabkan stadium larva tergantung dari dimana dihinggapi. Apabila masa akut telah lewat maka penderita biasanya sembuh secara perlahan-lahan bersamaan dengan terbentuknya kista dalam otot. Pada infeksi berat larva mencapai 5000 ekor larva/kg berat badan, penderita kemungkinan meninggal dalam waktu 2 – 3 minggu hingga 4 – 8 minggu sebagai akibat kelainan paru, kelianan otak, dan kelainan jantung.

Diagnosis
Selama parasitnya ada di dalam usus maka tidak dapat dilakukan pemeriksaan untuk memperkuat diagnosis. Biopsi jaringan otot dilakukan setelah minggu ke4 dan bisa menunjukkan adanya larva atau kista. Parasit jarang ditemukan di dalam tinja, darah atau cairan serebrospinalis.
Kadar eosinofil biasanya mulai meningkat pada minggu kedua, mencapai puncaknya pada minggu ke3-4 dan kemudian menurun secara bertahap.Diagnosis klinis tidak dapat diabaikan, diagnosis pasti sering tergantung pada pemeriksaan laboratorium. Tes kulit dengan menggunakan antigen yang terbuat dari larva Trichinella dapat memberikan hasilpositif kira-kira pada minggu ke 3 – 4. Reaksi ini berupa benjolan-benjolan memutih pada kulit dengan diameter sebesar 5 mm atau lebih yang dikelilinggi daerah eritemia.
Reaksi imunologi seperti tes ikat komplemen dan tes presipitin dapat dilakukan.
Mencari larva dalam darah dan cairan otak dapat dilakukan pada hari ke 8 – 14 sesudah infeksi. Dengan biopsi otot, larva trichinella dapat ditemukan pada minggu ke 3 -4 sesudah infeksi.

Pengobatan
Pengobatan dilakukan secara simptomatis. Sakit kepala an nyeri otot dapat diatasi dengan analgetik. Obat sedative biasanya diperlukan  bila kelainan susunan saraf pusat. Untuk pengobatan spesifik, tiabedazol dapat digunakan dengan dosis 25 mg/kg berat badan dua kali sehari selama 5 -7 hari. Mebendazol memiliki efek mematikan terhadap fase invasive dan fase pembentukan kapsul Trichinella pada tikus, untuk pada manusia belum dilakukan. Tirah baring membantu meringankan nyeri otot, tetapi bisa juga diberikan oat pereda nyeri (misalnya aspirin atau kodein). Kortikosteroid (misalnya prednilson) bisa digunakan untuk mengurangi peradangan di otak atau jantung. Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan total.

Epidemiologi
            Babi dan tikus merupakan media infeksi dialam, infeksi pada babi karena babi makan tikus, infektif dalam ototnya, atau akibat memakan sampahyang berisi sisa-sisa daging yang menggandung larva. Dekian sebaliknya  tikus mendapat infektif karena makan sisa daging babi, dan lain sebagainya sebagai faktor. Trikinosis tinggi pada daerah-daerah yang mengkonsumsi babi secara besar-besaran dimana diberi makan penjagalan.
            Infeksi Trichinella spiralis pada manusia tergantung dari lenyapnya penyakit ini terhadap babi. Hal ini dapat dicegah dengan memusnahkan sisa penjagalan yang menggandung daging mentah, pengolahan daging yang matang sebelum dikonsumsi, dan hendak diberikan pendidikan pada ibu rumah tangga cara memasak daging yang baik. Larva akan mati pada suhu rata-rata 60˚C atau pada suhudibawah titk beku. Larva tidak akan mati pada pengasapan atau pengasinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar