Kritik dan Saran silahkan kirim pesan ke" bayz.pabayo@gmail.com "

Infeksi cacing cambuk Trichuris trichiura (Trichocephalus dispar)


Hospes dan Nama penyakit
Hospes dari cacing trichuris trichiura ini adalah manusia, sedangkan penyakit dari cacing ini disebut trikuriaris.

Distribusi geografik
Penyakit ini terutama terjadi di daerah subropis dan tropis, dimana kebersihan lingkungannya buruk serta iklim yang hangat dan lembab memungkinkan telur dari parasit ini mengeram di dalam tanah.

Morfologi dan daur hidup
            Cacing betina panjangnya hingga mencapai kira-kira 5 cm, sedangkan untuk cacing jantan kira-kira 4 cm. pada bagian anterior dari cacing ini memiliki seperti cambuk yang panjangnya 3/5 dari panjang tubuh cacing ini. Bagian posterior cacing ini bentuknya lebih gemuk, sedangkan pada cacing betina bentuknya membulat dan tumpul. Pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum. Hidup cacing ini pada manusia terdapat di colon asendens dan sekumdengan bagian anteriornya yang seperti cambuk masuk ke dalam mukosa usus.
Cacing betina dapat menghasilkan telur setiap harinya hingga berkisar antara 3000-10.000 butir. Telur berukuran 50-54 mikron x 32 mikron, yang memiliki bentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dengan bagian dalamnya yang jernih. Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes dari tinja hospes. Telur akan menjadi matang setelah 3 – 6 minggu pada kondisi lingkungan yang sesuai pada tanah dan lembab serta daerah yang teduh. Telur yang matang merupakan telur yang didalamnya berisi larva dan merupakan bentuk infektifnya. Cara infektif langsung hanya bila secara kebetulan hospes tertelan telur matang. Larva keluar melalui dinding telur dan kemudian akan masuk ke dalam usus halus. Setelah cacing ini dewasa maka cacing ini akan turun ke usus bagian distal dan akan masuk kedalam kolon yaitu terutama sekum. Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru. Lamanya waktu yang dibutuhkan telur ini tumbuh dari telur ini tertelan sampai cacing dewasabetina meletakkan telur kira-kira 30-90 hari.
 

Patologi dan Gejala klinis
Cacing trichuris trichiura pada manusia terutama hidup didaerah sekum dan kolon asendens. Pada infeksi berat terutama pada anak-anak cacing trichuris trichiura ini tersebar diseluruh kolon dan rectum yang kadang-kadang terlihat terlihat dimukosa rectum yang mengalami prolapsus akibat dari mengejannya penderita pada waktu melakukan defekasi.
Cacing trichuris trichiura ini memasukan kepalanya dalam mukosa usus hingga dapat menjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan dapat mengakibatkan peradangan dimukosa usus, selain itu akibatnya dapat menimbulkan perdarahan. Selain itu juga cacing ini menghisap darah dari hospes sehingga dapat mengakibatkan anemia. Untuk penderita pada anak-anak dengan infeksi trichuris trichiura yang berat dan menahunmenunjukan gejala-gejala diare yang dapat diselinggi dengan sindrom disentri, anemia, nyeri ulu hati, berat badan menurun dan kadang- Kadang rektum menonjol melewati anus (prolapsus rektum), terutama pada anak-anak atau wanita dalam masa persalinan, selain itu juga dapat menyebabkan peradangan usus buntu (apendisitis).
Pada tahun 1976, bagian parasitologi FKUI telah melaporkan 10 anak dengan trichuris trichiura berat mengakibatkan diare yang menahun, dapat hingga 2-3 tahun. Infeksi berat trichuris trichiura dapat diselinggi dengan infeksi cacing yang lainnya atau protozoa. Infeksi ringan tidak memberikan gejala klinis yang jelas hingga tidak terdapat gejala klinis sama sekali hingga harus dilakukan pemeriksaan tinja secara rutin.
Selain itu juga Telah dilakukan suatu pemeriksaan tinja dengan metoda langsung, pengapungan dan sedimentasi yang bertujuan untuk mengetahui metoda yang paling sensitif dalam mendeteksi adanya telur cacing. Penelitian dilakukan atas murid-murid Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Alhidayah Sukatani bulan Juni-Juli 1992, dengan jumlah seluruh sampel 130. Hasil menunjukkan bahwa metoda yang paling tinggi sensitifitasnya adalah metoda sedimentasi, lalu metoda pengapungan dan yang paling rendah adalah metoda langsung. Untuk kasus trichuris trichiura didapatkan sebanyak 20,8%.

Diagnosis
Hasil pemeriksaan dengan mikroskop diagnosis didapatkannya telur didalam tinja hospes.

Pengobatan
Untuk infeksi ringan tidak memerlukan pengobatan. Untuk pemberian obat tiabendazol dan ditiazin tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan. Saat ini obat yang digunakan yaitu mebendazol, albendazol, dan oksantel pamoat dapat mengobati dan didapatkan hasil yang cukup memuaskan. Pengobatan dengan Mebendazol  tidak boleh diberikan kepada wanita hamil karena bisa membahayakan janin yang dikandungnya.
 
Epidemiologi
Untuk penyebaran infeksi ini yang paling penting merupakan kontaminasi tanah dengan tinja. Telur cacing trichuris trichiura ini tumbuh didaerh tanah liat, tempat yang lembab dan teduh dengan suhu rata-rata 30˚C. pada daerah yang banyak menggunakan tinja sebagai pupuk merupakan jalur infeksi yang tepat. Frekuensi infeksi cacing ini diindonesia sangat tinggi. Diberbagai daerah pedesaan diindonesia frekunsi infeksinya hingga mencapai 30-90%. Didaerah sangat endemik infeksi dapat dicegah dengan cara pengobatan pada penderita trikuriasis. Pencegahan dapat dengan cara pembuatan jamban yang baik dan diberikan pengetahuan tentang sanitasi dan terutama kebersihan perorangan terutama pada anak-anak, dengan mencuci tangan sebelum makan, mencuci dengan baik sayuran yang dikonsumsi tanpa pemasakan terutama daerah yang menggunakan pupuk tinja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar