Kritik dan Saran silahkan kirim pesan ke" bayz.pabayo@gmail.com "

Mengenal Gastroenteritis ( Diare Akut )


Dalam kehidupan sehari-hari, kebersihan sangat perlu diperhatikan terutama kebersihan makanan, karena bila makanan terkontaminasi oleh kuman, maka kuman tersebut otomatis masuk kedalam tubuh kita melalui mulut-saluran pencernaan dan dapat mengakibatkan diare.
     Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan "penyakit diare", karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapat tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bila terlambat.
     Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
     Peran medis dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan pada keluarga,  terutama ibu untuk segera memberikan pertolongan bila anak terkena diare dengan memberikan cairan oralit atau larutan gula garam, tetap diberi ASI bila anak masih menyusu dan segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Untuk pencegahan, anjurkan pada keluarga untuk memperhatikan kebersihan makanan, alat-alat makan yang digunakan, cuci tangan yang bersih setelah menolong anak b.a.b. dan sebelum memberi anak makan.
1. Definisi
Gastroenteritis (diare akut) adalah peradangan pada perut dan usus yang dapat disertai dengan muntah dan diare. (Sumber: Padiatric Nursing, caring for Children, Jane ball, Ruth Bindler, 1995)

2. Anatomi Fisiologi
Usus besar merupakan tabubg muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5 meter yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar lebih besar daripada usus kecil rata-rata sekitar 6,5 cm, tetapi makin dekat anus diameternya makin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Usus besar memiliki 4 lapisan morfologik seperti juga bagian usus lainnya. Akan tetapi ada beberapa gambaran yang khas pada usus besar saja. Lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna tetapi terkumpul dalam 3 pita yang dinamakan taenis koli. Taenia bersatu pada sigmoid distal, dengan demikian rektum mempunyai satu lapisan otot longitudinal yang lengkap. Panjang taenis lebih pendek daripada usus, hal ini menyebabkan usus tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang dinamakan haustra. Lapisan mukosa usus besar jauh lebih tebal daripada mukosa usus halus dan tidak mengandung vili atau rugae. Kriptus Lieberkuhn (kelenjar intestinal) terletak lebih dalam dan mempunyai banyak sel goblet daripada usus halus. Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan sejalan dengan suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika superior memperdarahi belahan bagian kanan (sekum, kolon asendens dan duapertiga proksimal kolon transversum), dan arteria mesenterika inferior memperdarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon desendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum). Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria sakralis media dan arteria hemoroidalis inferior dan media yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.

Alir balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan inferior dan vena hemoroidalis superior yaitu bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati.Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorbsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon  mengabsorbsi 800 ml air/hari. Kapsitas absorbsi usus besar adalah 2000 ml/hari. Bila jumlah dilampaui, misalnya karena adanya kiriman yang berlebihan dari ileum, maka akan terjadi diare.  Pencernaan yang terjadi di usus besar diakibatkan oleh bakteri. Usus besar mensekresikan mukus alkali yang tidak mengandung enzim, mukus ini bekerja untuk melumasi dan melindungi mukosa. Bakteri usus besar mensintesis vitamin K dan beberapa vitamin B. Pembusukan oleh bakteri dan sisa-sisa protein menjadi asam amino dan zat-zat yang lebih sederhana seperti peptida, indol, skatol, fenol, dan asam lemak. Propulsi feses ke rektum mengakibatkan distensi dinding rektum dan merangsang refleks defekasi.

3. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Terdiri dari:
a) Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, yersinia, Aeromonas, dsb.
b) Infeksi virus: Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dsb.
c) Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides); protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans)
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akuta, tonsilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dsb. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa); monosakarida 9intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
- makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
d. Faktor psikologis
- rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat
- terjadi pada anak yang lebih besar
e. Faktor obat-obatan (zat besi, antibiotika)
f. Penyakit kolon (kolitis,NEC, enterokolitis)
g. Pembedahan (pada usus besar)

4. Patofisiologi
Proses infeksi menyebabkan kerusakan dan kehilangan sel epitelium dari sistem pencernaan. Bakteri pada mukosa saluran pencernaan dapat menyebabkan: produksi enterotoksin, organisme masuk pada mukosa epitel, berkembang biak pada usus dan menempelpada mukosa usus serta melepaskan enterotoksin. Interaksi antara toksin dan epitel usus menstimulasi enzim Adenilsiklase dalam membran sel dan mengubah cyclic AMP yang menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit. Proses ini disebut diare sekretorik. Pada proses invasi dan pengrusakan mukosa usus, organisme menyerang enterocytes (sel dalam epitelium) sehingga menyebabkan peradangan dan kerusakan pada mukosa usus. Pada pemeriksaan histologi, bakteri dapat menyebabkan ulserasi superfisial pada usus dan dapat berkembang biak di sel epitel. Sedangkan bila bakteri penetrasi(menembus) dinding usus melalui plague peyeri di ileum maka akan diikuti dengan multiplikasi organisme intraselular dan organisme mencapai sirkulasi sistemik.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
a. Gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isis rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi, akibat rangsangan tertentu (mis:toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

5. Tanda dan gejala / manifestasi klinis
a. Anak menjadi cengeng
b. Gelisah
c. Suhu tubuh biasanya meningkat
d. Nafsu makan berkurang
e. Diare, tinja cair, mungkin disertai lendir/darah
f. Tinja berwarna kehijau -hijauan karena bercampur empedu
g. Anus dan daerah skitarnya lecet karena sering diare
h. Mual, muntah
i. Gejala dehidrasi: berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, diuresis berkurang.

6. Tes Diagnostik
a. Pemeriksaan tinja, makroskopis dan mikroskopis
b. Biakan tinja dan uji resistensi, jika diperlukan
c. Analisa gas darah
d. pemeriksaan kadar ureum, kreatinin
e. Pemeriksaan serum elektrolit, natrium, kalium, kalsium, fosfor

7. Terapi/Pengelolaan Medik
Prinsip utama penanganan gastroenteritis adalah:
a.   Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
b.   Mengembalikan fungsi normal sistem pencernaan
c.   Mencegah penyebaran infeksi pada orang yang kontak dengan anak diare
Dasar pengobatan diare adalah:
a.   Pemberian cairan: jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya
b.   Dietetik (cara pemberian makanan)
c.   Obat-obatan
Untuk dehidrasi ringan-sedang, anak diberi rehidrasi oral seperti Pedialyte, Ricelyte, atau Lytren untuk bayi dan anak yang masih kecil. Gatorade diberikan untuk anak yang lebih besar. Minuman yang mengandung karbonat dan gula sebaiknya tidak diberikan karena fermentasi gula dalam saluran pencernaan dapat menyebabkan peningkatan gas, distensi abdomen, dan meningkatkan frekuensi diare.
Untuk dehidrasi berat, rehidrasi dengan pemberian cairan intravena yang sesuai untuk mengkoreksi ketidakseimbangan yang spesifik. Anak dipuasakan untuk mengistirahatkan usus. Bila dehidrasi sudah teratasi dan diare sudah berkurang, anak dapat mulai makan bertahap.
Bila diare disebabkan oleh bakteri/parasit maka therapi antibiotika diberikan. Absorbent seperti Donnagel dan Kaopectate dapat merubah bentuk tinja, teatapi tidak dapat menurunkan jumlah kehilangan cairan.

8. Komplikasi
a) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
b) Kejang hipovolemik
c) Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan EKG)
d) Hipoglikemia
e) Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase
f) Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare yang lama atau kronik)
9. Pencegahan
Menurut pola Gordon :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Menjaga kebersihan pada anak
2) Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
3) Kebersihan lingkungan
4) Kebiasaan jajan makanan yang dijajakan terbuka
5) Pengetahuan keluarga tentang diare
6) Upaya yang dilakukan keluarga bila anak diare
b. Pola nutrisi dan metabolik
1)   Pemberian makanan pada anak
2)   Jenis makanan yang diberikan
3)   Adanya kemerahan/lecet pada daerah sekitar anus
4)   Hasil analisa gas darah, serum elketrolit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar