Kritik dan Saran silahkan kirim pesan ke" bayz.pabayo@gmail.com "

Kebudayaan Ngayau dalam tradisi adat dayak



Masyarakat dan kebudayaannya merupakan suatu  hal yang saling keterikatan satu yang lainnya yang tidak dapat terpisahkan. Masyarakat merupakan otak yang menciptakan ide/gagasan sehingga kemudian membentuk pola perilaku, kebiasaan, dan menjadi kebudayaan. Saling berkesinambungan, begitulah sifatnya. Mengkaji tentang kebudayaan masyarakat merupakan pembelajaran untuk kehidupan selanjutnya. Apalagi, individu manusia dilahirkan dengan sebuah tanggung jawab untuk menjadikhalifah di muka bumi, dalam arti kata menjadi pemimpin, pengawas, pengelola, pemelihara bumi dan seluruh isinya. Pola perilaku manusia pun terbagi-bagi menjadi beberapa sistem kehidupan
Koentjaraningrat membagi tujuh unsur kebudayaan yang meliputi aspek material maupun nonmaterial. Aspek tersebut, antara lain:
1) Sistem religi dan keagamaan,
2) Sistem dan organisasi kemasyarakatan,
3) Sistem pengetahuan,
4) Bahasa,
5) Sistem kesenian,
6) Sistem mata pencaharian hidup,
7) Sistem teknologi dan peralatan.

Mengayau atau memenggal adalah sebuah tradisi yang kerap dilakukan oleh komunitas dayak pada masa lalu. Tapi, pada saat ini pun ada beberapa komunitas dayak yang masih melakukan tradisi mengayau.
Apa yang menjadi latar belakang tradisi mengayau dilakukan oleh dayak? Untuk mengetahui kebiasaan tersebut sehingga kemudian berkembang menjadi tradisi, kita bisa menelusiri dari sejarah orang-orang dayak. Sejarah orang-orang dayak diKalimantan ditandai oleh migrasi besar-besaran, seperti peperangan, pengayauan (pemenggalan), penaklukan, yang mana hal itu terjadi selama hampir tiga abad (dalam Surya di Timur Laut Kalimantan; YDBCC dan yayasan Kalbu)









Ada beberapa faktor yang mengakibatkan komunitas dayak melakukan migrasi besar-besaran, diantaranya;
1. Perubahan alam, seperti keberadaan hutan sebagai sumber pangan untuk kebutuhan hidup mereka yang mengalami kerusakan akibat faktor iklim dan beberapanya campur tangan manusia, seperti pembukaan lahan perkebunan, logging, dan pertambangan (faktor kerusakan lahan akibat perkebunan, logging dan pertambangan terjadi ketika bangsa kolonial memasuki pedalaman Kalimantan).
2. Adanya desakan akan kebutuhan hidup survive mengakibatkan kebiasaan komunitas dayak yang menjalankan hidup nomaden semakin meluas.
3. Kebutuhan untuk survive juga mendorong komunitas dayak untuk membangun ketahanan hidup dengan melakukan peperangan, menguasai kelompok suku lainnya untuk memperluas lahan, menaklukan kelompok suku dayaklainnya,dan untuk regenerasi. 

Pada dasarnya, masyarakat dayak pada zaman dahulu tidak mengenal agama kepercayaan mereka bukanlah padamonoteisme. Pandangan terhadap dunia (world view), hukum, kepercayaan, hubungan dengan masyarakat dan kebiasaan lain merupakan tradisi yang kemudian menjadi way of life mereka. Suku bangsa Dayak asli merupakan penganut animisme yang disebut kaharingan diambil dari istilah danum kaharingan yang artinya air kehidupan. Mereka percaya kepada roh-roh (ngajum ganan) yang menempati tiang rumah, hutan, pohon besar dan air. Roh nenek moyang (ngaju liau) merupakan makhluk halus terpenting dalam kehidupan masyakarat asli Dayak.
Mengayau dilakukan atas dasar kepercayaan. Tapi, seiring dengan terbukanya akses jalan dan perubahan alam, keberadaan tradisi mereka tiadak luput dari pengarauh eksternal hingga terjadilah perubahan sosial dalam kehidupan mereka, termasuk cara pandang terhadap kepercayaan (tradisi_world view).

Pengayauan memiliki latar belakang alasan, menurut pandangan religius orang dayak,jiwa atau daya hidup manusia tinggal di dalam kepala manusia. Kepala yang dikayau (dipenggal) adalah benda magis, yang bersifat religius untuk menguatkan kehidupannya dan orang lain. Kepala korban pengayauan dikumpulkan dari berbagai umur. Kepala-kepala yang telah dikayau diperlukan untuk upacara adat, untuk membersihkan dan untuk memperkokoh desa. Terkadang, para pemuda dari suku dayak melakukan pengayauan untuk membuktikan keberanian pada calon pengantin wanita. Akan tetapi kepala yang telah dikayau berasal dari peperangan dengan musuh bukan merupakan                                                                                                                                                                                                                                       dari hasil mengayau besar-besaran yang diambil dari masyarakat sekitar dengan sembarangan seperti yang telah banyak kita dengar didaerah kalimantan. 

Seiring dengan perubahan sosial, terutama ketika bangsa kolonial mulai memasuki pedalaman Kalimantan, kebiasaan mengayau berkurang. Pada masa itu, kolonial Belanda dan Inggris melakukan patroli militer yang kemudian membawa orang yang telah mengayau. Selain itu, kedatangan orang luar yang membawa misi menyebarkan agama, turut juga mempengaruhi kebiasaan orang-orang dayak untuk tidak melakukan pengayauan. Apalagi mengayau kepala manusia dianggap sebagai perbuatan yang tidak berperikemanusiaan, melanggar norma dan nilai agama. Tradisi mengayau kepala manusia untuk sesaji bagi upacara adat diganti dengan kepala babi. Hal ini juga telah dirundingkan pada saat pertemuan PD (Persatuan Dayak) yang dihadiri oleh seluruh kalimantan di kalimantan barat, kec. ngabang kab. landak beberapa waktu yang lalu agar kebiasaan ngayau tidak dilakukan lagi, akan tetapi kebudayaan ini pantas untuk dikenang dan dihargai sebagai suatu kebudayaan bangsa indonesia bagi anak-anak indonesia terutama anak-anak kalimantan untuk mengenang pendahulu mereka yang telah mempetahankan tanah yang saat ini mereka tempati.
Adat istiadat dan budaya seperti ini hendaknya jangan sampai hilang, karena hal tersebut merupakan salah satu kebudayaan bangsa kita. Hal ini hendaknya kita jaga sebagai warisan dari nenek moyang kita terdahuhlu. Hal ini mengingatkan kita juga akan hal tidak mudah terprofokasi oleh pihak yang hendak mengadu domba yang hendak memecah kehidupan berbudaya kita.

1 komentar:

  1. Hi, Nama saya Linh, Saya berasal dari Vietnam. Tulisan Anda bagus dan menarik banget. Saya juga sedang berencana membuat skripsi dan karya imiah tentang adat pemburu kepala suku Dayak tetapi informasi di internet kurang. Boleh Anda kasih tahu saya tambah lagi informasi maupun judul buku yang menulis tentang tradisi ini. ( Ini email saya: phuonglinh0492@gmail.com)
    Semoga dapat balasan dari Anda secepat mungkin.
    Terimakasih banyak!

    BalasHapus