Kritik dan Saran silahkan kirim pesan ke" bayz.pabayo@gmail.com "

PNEUMOTORAKS pada Kesehatan Bayi dan Anak


Pneumothoraks atau yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari kita sebut sebagai kolaps paru adalah kebocoran udara yang terjadi pada paru terutama disebabkan oleh pecahnya alveolus akibat inflasi berlebihan yang menyebabkan gangguan respiratorik. Hal ini dapat terjadi secara spontan atau merupakan komplikasi dari penyakit paru tertentu. Pada beberapa bayi pecahnya alveolus terutama terjadi karena tekanan udara pernafasan yang masuk ke dalam alveolus terlalu tinggi atau karena adanya akumulasi udara dalam alveolus disertai dengan hambatan pengeluaran udara akibat tertutupnya saluran nafas saat ekspirasi. Udara yang keluar dari alveolus tersebut akan memasuki rongga interstisial dan menimbulkan emfisema interstisial atau udara tersebut melewati jaringan ikat sekitar bronkus dan pembuluh darah masuk ke dalam rongga toraks atau mediastinum. Tergantung dari letak bagian paru yang bocor serta jumlah udara yang keluar dari alveolus maka pengisian udara dalam rongga toraks, mediastinum ataupun pericardium tadi akan mengakibatkan kemungkinan terjadinya pneumotoraks, pneumomedistinum atau pneumoperikardium
Selain itu dapat pula disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, dan benda asing.

1. Bakteri 
Pneumococcus, merupakan penyebab utama pneumonia. Pada orang dewasa umumnya disebabkan oleh pneumococcus serotipe 1 samapai dengan 8. Sedangkan pada anak-anak serotipe 14, 1, 6, dan 9. Insiden meningkat pada usia lebih kecil 4 tahun dan menurun dengan meningkatnya umur.
Steptokokus, sering merupakan komplikasi dari penyakit virus lain, seperti morbili dan varisela atau komplikasi penyakit kuman lainnya seperti pertusis, pneumonia oleh pnemococcus.
Streptokokus, lebih banyak pada anak-anak dan bersifat progresif, resisten terhadap pengobatan dan sering menimbulkan komplikasi seperti; abses paru, empiema, tension pneumotoraks.


2. Virus


Faktor resiko
Penderita dengan aspirasi mekonium
Bayi dengan sindrom gawat nafas yang mendapat ventilasi mekanis
Penderita asfisia yang mendapatkan resusitasi aktif

• Menurut terjadinya: 
Pneumotoraks spontan
Pneumotoraks traumatic
Pneumotoraks artificial
• Menurut  lokasi:
Pneumotoraks parietalis
Pneumotoraks medialis
Pneumotoraks basalis
• Menurut derajat kolaps:
Pneumotoraks totalis
Pneumotoraks parsialis

Pneumotoraks tension dengan gejala dispnu yang makin berat, sianosis, gelisah. Pada pemeriksaan foto rontgen tampak mediastinum dan jantung terdorong ke sisi yang sehat, sela iga tampak lebar, diafragma sisi yang terkena rendah.
Pembentukan eksudat (infeksi sekunder).
Hemopneumotoraks. Di samping gejala dispnu dan sianosis, disertai pula gejala akibat kehilangan darah 
seperti anemia, renjatan dan lain-lain.


1. Identitas pasien: Nama, Umur, Jenis kelamin untuk mengetahui epidemiologi
2. Keluhan utama: Dispnea, Nyeri pleuritik hebat, sesak nafas, sianosis
3. Riwayat penyakit dahulu: keadaan waktu lahir, pernah mendapat resusitasi aktif

- Dispnea
- Takikardia
- Sianosis

Pada stadium awal sukar dibuat diagnosa dengan pemeriksaan fisik. Tapi dengan adanya napas cepat dan dangkal, pernapasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Harus dipikirkan kemungkinan pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari pada luas daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak ditemukan kelainan. Pada auskultasi suara napas vesikuler dan lemah. Terdapat ronchi basah halus dan nyaring. Jika sering bronchopneumonia menjadi satu (confluens) mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara napas mengeras.

Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m2 dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test resistensi dapat menentukan / mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto rontgen dilakukan untuk melihat :
• Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.
• Luas daerah paru yang terkena.
• Evaluasi pengobatan
Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu atau beberapa lobur. 


Gambaran radiologis 
Meningkatnya bayangan radiolusen dan avaskuler di daerah yang terkena.
Pendorongan mediastinum ke arah kontralateral .
Meningkatnya ketajaman batas mediastinum (menyerupai pneumo-mediastinum), sudut kostofrenik tumpul atau adanya double daerah diafragma. 
Bagian pneumotoraks akan tampak hitam, rata dan paru yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi terbentuk lobuler yang sesuai dengan lobus paru.
Sebaliknya, paru yang mengalami kolaps tersebut, hanya tampak seperti massa yang berada  di daerah hilus. Keadan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak nafas yang dikeluhkan. 

Indikasi tindakan darurat 
Aspirasi perikard jika hematoperikard menyebabkan tamponade jantung

Tindakan darurat 
Pemberian nafas buatan dan ventilasi paru
Pemantauan aktifitas jantung dan peredaran darah
Pungsi rongga torak

Dengan menggunakan antibiotika yang tepat dan cukup teratur, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1 %.

Prinsip pengobatan 
Luka toraks harus ditutup dengan pembalut untuk menghentikan kebocoran udara. Sebaliknya dipakai kasa besar steril yang diolesi vaselin steril.
Pneumotoraks desak harus dipungsi sesegera mungkin. Udara harus keluar sehingga mediastinum kembali ke tempatnya. Kemudian dipasang penyalir sekat air.

1. Bila dispnea berat berikan Oksigen
2. IVFD ; cairan DG 10 % atau caiara 24 Kcl, Glukosa 10 % tetesan dibagi rata dalam 24 jam.
3. Pengobatan: Penicilin Prokain 50.000 unit / kg BB / hari dan Kloramfenikol 75 mg / kg BB/ hari dibagi dalam 4 dosis.

Indikasi tindakan operatif 
Cara konservatif tidak berhasil mengembangkan paru kembali.
Pneumotoraks spontanea terjadi berulang kali.
Terdapat kista atau bula yang terlampau besar.
Pneumotoraks disebabkan oleh trauma tembus.

1 komentar: