Kritik dan Saran silahkan kirim pesan ke" bayz.pabayo@gmail.com "

ASMA : Derajat dan Faktor Pencetus pada neonatus



DEFINISI
            Pedoman Nasional Asma Anak menggunakan definisi yang praktis dalam bentuk definisi operasional, yaitu : Mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik, yaitu timbul secara episodik, cenderung pada malam/dini hari (nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan keluarganya.

Definisi asma baru
Definisi asma yang lengkap yang menggambarkan konsep inflamasi sebagai dasar mekanisme terjadinya asma dikeluarkan oleh GINA.
Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran napas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan episode mengi berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas namun bervariasi, yang paling tidak sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan napas terhadap berbagai rangsangan.
            Definisi di atas memang sangat lengkap, namun dalam penerapan klinis untuk anak kurang praktis. Karena itu, para perumus konsensus internasional dalam pernyataan ketiganya tetap menggunakan definisi lama yaitu wheezing berulang dan/atau batuk persisten, yang dalam hal ini asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah disingkirkan.
            Pengertian kronik dan berulang mengacu pada kesepakatan UKK Pulmonologi pada KONIKA V di Medan 1981 tentang batuk kronik berulang (BKB) yaitu batuk yang berlangsung lebih dari 14 hari dan/atau tiga atau lebih episode dalam waktu tiga bulan berturut-turut.

DERAJAT PENYAKIT ASMA
PNAA membagi asma anak menjadi 3 derajat
No.
Parameter klinis kebutuhan obat, dan faal paru.
Asma
episodik jarang
Asma
episodik sering
Asma
persisten
1.
Frenkuensi serangan
3 – 4 x per tahun
1 x / bulan
Sering  ≥ 1 x / bulan
2.
Lama serangan  
Sebentar atau beberapa hari
Beberapa hari s/d 1 minggu
Hampir sepanjang tahun atau tidak ada remisi
3.
Intensitas serangan
Biasanya ringan
Biasanya sedang
Biasanya berat
4.
Di antara serangan
Tanpa gejala
Sering ada gejala
Gejala siang dan malam
5.
Tidur dan aktivitas
Tidak terganggu < 3 x / minggu
Sering terganggu
> 3x / minggu
Sangat terganggu  > 3 x / minggu
6.
Pemeriksaa fisis di luar serangan
Normal (tidak ditemukan kelainan)
Mungkin terganggu (ditemukan kelainan)
Tidak pernah normal
7.
Obat pengendali anti inflamasii
Tidak perlu
Perlu, non steroid atau steroid inhalasi dosis 100 – 200 µg
Perlu, steroid inhalasi dosis ≥ 400 µg/1 hari
8
Uji faal paru (di luar serangan)
PEF /FEV >80%
PEV /FEV 60-80%
PEV / FEV <60%
Variabilitas 20–30%
9
Variabilitas faal paru (bila ada serangan)
Variabilitas ≥20%
Variabilitas ≥30%
Variabilitas ≥50%
Unit Kerja Koordinasi Pulmonologi PF IDAI. Konsensus Nasional Penanganan Asma Pada Anak. Solo. 2001.

Parameter Klinis, Kebutuhan obat, dan Faal paru
Asma
Periodik Jarang
Asma
Periodik Sering
Asma
Persisten
Frekuensi serangan
< 1x/bulan
> 1x/bulan
Sering
Lama Serangan
< 1minggu
> 1 minggu
Hampir sepanjang tahun, tidak ada remisi
Intensitas serangan
Biasanya ringan
Biasanya sedang
Biasanya berat
Di antara serangan
Tanpa gejala
Sering ada gejala
Gejala siang dan malam
Tidur dan aktivitas
Tidak terganggu
Sering terganggu
Sangat terganggu
Pemeriksaan fisis di luar serangan
Normal (tidak ditemukan kelainan)
Mungkin terganggu (ditemukan kelainan)
Tidak pernah normal
Obat pengendali (anti inflamasi)
Tidak perlu
perlu
Perlu
Uji faal paru (di luar serangan)
PEF/FEV1 > 80%
PEF/FEV1 60-80%
PEF/FEV1 < 60% variabilitasnya 20-30%
Variabilitas fal paru (bila ada serangan)
> 15%
> 30%
> 50%
Global Initiative for Asthma. NHLBI/WHO Workshop Report. 2002.

Sebagai perbandingan, GINA membagi derajat penyakit asma menjadi 4, yaitu asma intermiten, asma persisten ringan, asma persisten sedang, asma persisten berat. Dasar pembagiannya adalah gambaran klinis, faal paru, dan obat yang dibutuhkan untuk mengendalikan penyakit. Dalam klasifikasi GINA dipersyaratkan adanya nilai PEF dan FEV1 untuk penilaiannya.
Konsensus Internasional III juga membagi derajat penyakit asma anak berdasarkan keadaan klinis dan kebutuhan obat menjadi 3 yaitu asma episodik jarang (75% populasi anak asma), asma periodik sering (20% populasi anak asma), dan asma persisten (5% populasi anak asma).
 Konsensus Nasional Asma Anak membagi derajat penyakit asma anak berdasarkan keadaan klinis, kebutuhan obat dan faal paru menjadi 3, yaitu Asma episodik jarang, Asma episodik sering, dan Asma persisten.

FAKTOR PENCETUS ASMA
Ø  Alergen
·         Faktor alergi dianggap mempunyai peranan pada sebagian besar anak dengan asma. Di samping itu, hiperaktivitas saluran napas merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiperreaktifitas bronkus tinggi, diperlukan jumlah alergen yang sedikit untuk menimbulkan serangan asma, dan sebaliknya.
·         Sensitisasi tergantung pada lama dan intensitas hubungan dengan bahan alergenik sehingga berhubungan dengan umur.
·         Pada bayi dan anak kecil berhubungan dengan isi debu rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu binatang, dan spora jamur yang terdapat di dalam rumah
·         Dengan bertambahnya umur, makin banyak jenis alergen pencetusnya
Ø  Infeksi
·         Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak kecil. Virus penyebabnya biasanya virus respiratory sinsitial dan virus parainfluenza
·         Kadang-kadang dapat juga oleh bakteri, misalnya pertusis dan streptococcus β hemolyticus
·         Jamur, misalnya aspergillus
·         Parasit, misalnya ascaris
Ø  Iritan
·         Iritasi hidung dan batuk dapat menimbulkan refleks bronkokonstriksi
·         Udara kering juga merupakan pencetus hiperventilasi dan kegiatan jasmani
·         Asap rokok, bau tajam dari cat, udara dingin, dan air dingin
Ø  Cuaca
·         Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin, dan kelembaban dihubungkan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma

Ø  Kegiatan jasmani
·         Kegiatan jasmani yang berat, misalnya berlari dan naik sepeda dapat menimbulkan serangan pada anak dengan asma, termasuk tertawa dan menangis
·         Pada  anak dengan faal paru di bawah normal sangat rentan terhadap kegiatan jasmani
Ø  Infeksi saluran napas bagian atas
·         Sinusitis kronik dapat memudahkan terjadinya asma
·         Rhinitis alergi dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau refluks
Ø  Refluks gastroesofagus
·         Iritasi trakeobronkial karena isi lambung dapat memberatkan asma pada anak
Ø  Psikik
·         Tidak adanya perhatian atau tidak mau mengakui persoalan yang ada yang berhubungan dengan asma oleh anak sendiri atau keluarganya akan memperlambat atau bahkan menggagalkan usaha pencegahan
·         Takut terhadap serangan asma
·         Pembatasan aktivitas anak, seringnya anak tidak masuk sekolah, seringnya bangun malam

Tambahan Lihat:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar