Kritik dan Saran silahkan kirim pesan ke" bayz.pabayo@gmail.com "

ASMA : Gambaran Klinis, Diagnosis, dan Pemeriksaan Fisik



GAMBARAN KLINIS ASMA PADA ANAK
            Dengan mengetahui gambaran klinis pada anak, maka dapat dilihat luas permasalahan dan seberapa jauh perlu dikerjakan upaya untuk mencegah serangan asma.

(1)   Asma episodik jarang
biasanya terdapat pada anak umur 3-6 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi saluran napas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun. Lamanya serangan paling lama beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang berat. Gejala-gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi (wheezing) dapat berlangsung sekitar 3-4 hari. Sedangkan batuk-batuknya dapat berlangsung 10-14 hari. Tumbuh kembang anak biasanya baik. Di luar serangan tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Golongan ini merupakan 70-75% dari populasi asma anak.
(2)   Asma episodik sering
pada ⅔ golongan ini, serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6  tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkannya dengan perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik, dan stres. Banyak kasus yang tidak jelas pencetusnya. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan tiap kali serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling tinggi pada umur 8-13 tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan asma kronik atau persisten. Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang dapat mengganggu tidur.
(3)   Asma kronik atau persisten
pada 25% anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum anak berumur 6 bulan, 75% sebelum anak berumur 3 tahun. 50% anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan 50% sisanya serangan episodik. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran napas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari. Pada malam hari sering terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi. Dari waktu ke waktu terjadi serangan fisik yang berat dan sering memerlukan perawatan rumah sakit.
Terdapat juga golongan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit dan mengi sepanjang waktu. Setelah mendapat penanganan yang tepat biasanya baru disadari bahwa ada perbedaan dibandingkan sebelum mendapatkan penanganan. Anak dan orang tua baru menyadari mengenai asma pada anak serta permasalahannya. Obstruksi jalan napas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun, setelah biasanya terjadi perubahan.

DIAGNOSIS
Anamnesis
Anamnesis pada penyakit asma diawali dari identitas anak. . Dalam hal ini yang dimaksud antara lain usia, jenis kelamin, berat badan, serta tinggi badan. Hal ini penting diketahui karena derajat penyakit dan serangan asma terkait dengan karakteristik fisik anak. 
Setelah didapatkan data identitas anak maka anamnesis dilanjutkan dengan pemeriksaan keluhan utama anak.
Keluhan utama ketika datang ke dokter :
Wheezing ( ketika serangan ) dan / atau batuk kronik berulang ( BKB ). Untuk memudahkan asma dengan manifestasi klinik khas batuk, sesak dan wheezing disebut sebagai asma klasik dan yang manifestasi terutama BKB dissebut asma non klasik.
BKB dapat merupakan manifestasi awal dari perjalanan asma anak. Pada penyelidikan jangka panjang anak dengan BKB ternyata mempunyai resiko 4 kali lebih banyak untuk menjadi asma. Keluhan lainnya keluhan berupa sesak nafas, sakit pada dada atau kecenderungan sulit melakukan aktifitas seperti anak normal.
 Untuk anak ≥ 6 thn pemeriksaan Faal Paru sebaliknya dilakukan Pemeriksaan Faal Paru yang sederhana dengan spirometer, pemeriksaan ini mendukung diagnosis asma anak melalui 3 cara, yaitu :
  1. Variabilitas (Perbedaan nilai PFR dalam 1 hari) pada PFR > 15 %
  2. Reversibilitas (Perbedaan nilai PFR setelah pemberian bronkodilator) pada PFR >15%
  3. Penurunan > 20 % volume ekspirasi paksa pada detik pertama setelah provokasi bronkus dengan metakolin atau histamine
Uji tuberkulin perlu dilakukan pada kelompok yang di duga asma maupun yang tidak .

Pemeriksaan fisik
            Hasil yang didapat tergantung stadium serangan, lamanya serangan dan jenis asmanya. Pada asma yang ringan dan sedang tidak ditemukan kelainan fisik di luar serangan. Pada inspeksi terlihat pernapasan sukar dan cepat, disertai batuk-batuk paroksismal, kadang-kadang terdapat suara wheezing (mengi), ekspirium memanjang, pada inspirasi terlihat retraksi daerah supraklavikular, suprasternal, epigastrium, dan sela iga. Pada asma kronik terlihat bentuk toraks emfisematus, bongkok ke depan, sela iga melebar, diameter anteroposterior toraks bertambah. Pada perkusi terdengar suara hipersonor di seluruh toraks, terutama bagian bawah posterior. Daerah pekak jantung dan hati mengecil.
            Pada auskultasi mula-mula bunyi napas kasar/mengeras, tapi pada stadium lanjut suara napas melemah atau hampir tidak terdengar karena aliran udara sangat lemah. Dalam keadaan normal, fase ekspirasi ⅓ - ½ dari fase inspirasi, pada waktu serangan fase ekspirasi memanjang. Terdengar ronki kering dan ronki basah serta suara lendir bila banyak sekresi bronkus.
            Tinggi dan berat badan perlu diperhatikan dan bila mungkin juga hubungannya dengan tinggi badan kedua orang tua. Asma sendiri merupakan penyakit yang dapat menghambat perkembangan anak. Gangguan pertumbuhan biasanya terdapat pada asma yang sangat berat. Anak perlu diukur tinggi dan berat badannya pada tiap kali kunjungan, karena perbaikan akibat pengobatan sering dapat dinilai dari perbaikan pertumbuhannya. Bentuk toraks perlu diperhatikan untuk melihat adanya dada burung atau sulkus Harisson sebagai tanda obstruksi jalan napas yang lama. Tanda ini hanya ditemukan pada asma berat dan menahun dengan pengelolaan asma yang tidak adekuat sebelumnya.

Pemeriksaan lanjutan
(1)   Uji faal paru
pemeriksaan ini sangat berguna untuk menilai asma meliputi diagnosis dan pengelolaannya. Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai nilai provokasi bronkus, menilai nilai pengobatan, dan mengikuti perjalanan penyakit. Uji faal paru tidak selalu mudah dilaksanakan, terutama pada anak di bawah 5-6 tahun. Sebaiknya tiap anak dengan asma di uji faal pada tiap kunjungan. ‘Peak flow meter’ adalah yang paling sederhana, sedangkan dengan spirometer memberikan data yang lebih lengkap
1.      Spirometri : Untuk mengukur kecepatan aliran udara dan volume paru selama FEV1 dan  digunakan sebagai ’gold standar’ dalam mengukur aliran udara pada penyakit asma.
·         Pemeriksaan faal paru yang penting pada asma adalah PEFR, PEV1, PVC, FEV1/FVC.
·         Volume kapasitas paksa (FVC), aliran puncak ekspirasi (PEFR) dan rasio FEV1/FVC berkurang  > 15% dari nilai normalnya
·         Perpanjangan waktu ekspirasi paksa biasanya ditemukan, walaupun PEFR dan FEV1/FVC hanya berkurang sedikit
·         Inflasi berlebihan yang biasanya terlihat secara klinis akan terlihat dengan meningginya isi total paru (TLC), isi kapasitas residu fungsionaldan isi residu
Di luar serangan, faal paru tersebut umumnya akan kembali normal kecuali pada asma serangan, faal paru tersebut umumnya, akan kembali normal kecuali pada asma yang berat.
2.      Uji provokasi bronkus dilakukan bila diagnosis diragukan. Tujuannya untuk menunjukkan adanya hiperreaktivitas bronkus, yang dapat dilakukan dengan : (1)histamin, (2)methacholin, (3)beban lari, (4)udara dingin, (5)uap angin, (6)alergi. Yang sering dilakukan adalah cara 1, 2, 3. hiperreaktivitas positif bila PEFR, FEV1 turun > 15% dari nilai sebelum uji provokasi dan setelah diberi bronkodilator nilai normal akan tercapai lagi. Bila PEFR dan FEV1 sudah rendah dan diberi bronkodilator naik >15%yang berarti hiperreaktivitas positif dan uji provokasi tidak perlu.

(2)   Foto rontgen toraks
pemeriksaan ini perlu dilakukan dan pada foto akan tampak corakan paru yang meningkat. Hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik. Atelektasis juga sering ditemukan. Setiap anak penderita asma yang berkunjung pertama kalinya perlu dibuat foto rontgen parunya. Foto ini dibuat terutama untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain. Foto perlu diulang bila ada indikasi, misalnya dugaan adanya pneumonia atau pneumotoraks.  Rontgen foto sinus paranasalis perlu juga bila asmanya sulit terkontrol.

(3)   Pemeriksaan darah, eosinofil, dan uji tuberkulin
pemeriksaan eosinofil dalam darah, sekret hidung dan dahak dapat menunjang diagnosis asma. Eosinofil dapat ditemukan pada darah tepi, sekret hidung dan sputum. Dalam sputum ditemukan kristal Charcot-Leyden dan spiral Curshman. Bila ada infeksi mungkin akan didapatkan pula leukositosis polimorfonukleus. Uji tuberkulin penting bukan saja karena di Indonesia masih banyak tuberkulosis, tetapi juga karena kalau ada tuberkulosis dan tidak diobati, asmanyapun mungkin sukar dikontrol.

(4)   uji kulit alergi dan imunologi

       Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Pemeriksaan IgE dapat memperkuat diagnosis dan pengelolaannya, tetapi bila tidak ditemukan kelainannya diagnosis asma belum dapat disingkirkan.


Tambahan Lihat :

  1. ASMA : Derajat dan Faktor Pencetus pada neonatus
  2. ASMA : Patofisiologi, Tanda Klinis, dan Stadium
  3. ASMA : Penatalaksanaan, Pengobatan, dan Terapi
  4. ASMA : Prognosis, Komplikasi dan peranan keluarga / Dokter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar