Kritik dan Saran silahkan kirim pesan ke" bayz.pabayo@gmail.com "

Resusitasi Kardiopulmoner


Definisi
Merupakan suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keadaan henti napas dan/atau henti jantung yang dikenal dengan kematian klinis ke fungsi optimal, guna mencegah kematian biologis. Kematian klinis ditandai dengan hilangnya nadi arteri karotis dan arteri femoralis, terhentinya denyut jantung dan pembuluh darah atau pernapasan dan terjadinya penurunan/kehilangan kesadaran. Kematian biologis dimana kerusakan otak tidak dapat diperbaiki lagi terjadi hanya kurang lebih 4 menit setelah kematian klinis.

Oleh karena itu berhasilnya tindakan RKP tergantung pada cepatnya tindakan dan tepatnya teknik pelaksanaan, walaupun dalam beberapa hal tergantung pula pada faktor penyebabnya. Henti jantung biasanya terjadi beberapa menit setelah henti napas. Umumnya walapun kegagalan pernapasan telah terjadi, denyut jantung dan pembuluh darah masih dapat berlangsung terus sampai kira-kira 30 menit.

Perubahan Fisiologi yang terjadi pada Henti Kardiopulmoner
1.      Aliran darah oksigenasi ke seluruh tubuh terhenti, hal ini disebabkan  jantung sudah berhenti berdetak dan tidak berfungsi semestinya sehingga suplai darah ke seluruh tubuh berhenti.
2.      Hipoksia jaringan dan asidosis metabolic yang cepat dan progresif, karena suplai oksigen yang terhenti menyebabkan hipoksia di semua jaringan tubuh dan juga menyebabkan penimbunan HCO3 di ginjal sehingga terjadi asidosis metabolic yang progresif.
3.      Kerusakan sistem saraf pusat karena otak tidak mendapat suplai darah yang teroksigenisasi menyebabkan sel-sel di otak mengalami nekrosis dan menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen.

Tanda-tanda klinis pada henti kardiopulmoner :
1.      gerakan pernafasan dan udara pernafasan menghilang atau sangat lemah
2.      denyut jantung dan suara jantung menghilang
3.      hilangnya kesadaran dan dilatasi pupil
4.      “death like apereance”

Melakukan pernapasan buatan dengan fasilitas yang ada:
Jalan napas dibuka dengan manuver memiringkan kepala-mengangkat dagu pada bayi atau anak tanpa trauma. Jika dicurigai ada trauma, jalan napas dibuka dengan mendorong rahang sambil mengimobilisasi spina servikalis. Tata laksana jalan napas pada korban trauma sebaiknya dilakukan oleh dua orang; seorang mendorong rahang sedangkan yang seorang lagi menahan leher. Bila jalan napas telah dibuka, pernapasan penderita dinilai dengan melihat kenaikan dinding dada, mendengarkan ekshalasi udara, dan merasakan aliran udara dari mulut. Jika tidak ada napas spontan, harus diberikan ventilasi, tergantung pada peralatan yang tersedia ditangan, hal ini dapat dilakukan melalui ventilasi mulut-ke-mulut atau mulut-ke-sungkup, atau kantong berkatup-ke-sungkup. Jika diperlukan ventilasi dari mulut-ke-mulut, posisi jalan napas dipertahankan sambil diberi pernapasan. Untuk bayi berusia kurang dari 1 tahun, mulut penolong, menutup mulut dan hidung bayi. Untuk bayi berusia lebih dari 1 tahun atau seorang anak (sampai usia 8 tahun), hidung dipijit dengan ibu jari dan jari telunjuk penolong sementara tangan yang lain mempertahankan posisi kepala. Berikan napas perlahan, masing-masing sekitar 1-5,5 detik. Penolong berhenti untuk mengambil napas sebelum memberikan napas kedua. Penolong memperhatikan kenaikan dinding dada; jika cukup, bantuan pernapasan dapat dilanjutkan kecepatan 20 pernapasan/menit untuk bayi atau anak. Jika kenaikan dinding dada tidak cukup, posisi jalan napas diperbaiki ulang kemudian ventilasi dicoba lagi.

Melakukan pijatan jantung luar
Anak dan bayi memerlukan sedikit perbedaan dalam pertolongan. Pemeriksaan nadi pada bayi dilakukan pada arteri brachialis, sedangkan untuk anak seperti pada orang dewasa. Perbandingan antara pijatan jantung luar dan bantuan pernapasan pada satu atau dua orang penolong adalah sama yaitu 5:1.
Jika bayi atau anak tidak bernapas dan jantung tidak berdenyut, mulailah RJP dengan langkah-langkah berikut:
1.      posisikan penderita
2.      buka baju penderita bagian dada
3.      tentukan titik pijatan, untuk bayi satu jari dibawah garis imajiner/semua dari kedua putting susu. Untuk anak, sama dengan orang dewasa.
4.      lakukan pijatan jantung, untuk bayi dengan mempergunakan jari tengah dan jari manis. Sedangkan untuk anak mempergunakan satu tumit tangan saja. Kecepatan pijatan jantung luar pada bayi sekurang-kurangnya 100 kali/menit
 catatan: khusus untuk bayi baru lahir maka perbandingan antara pijatan jantung luar dan bantuan pernapasan adalah 3:1, mengingat dalam keadaan normal bayi baru lahir memiliki denyut nadi diatas 120 kali/menit dan pernapasan mendekati 40 kali/menit.

Tempat rujukan
 Dalam menentukan tempat rujukan harus mempertimbangkan hal-hal berikut yaitu:
1.      jarak rumah sakit yang di rujuk
2.      keberadaan tenaga terampil yang mendampingi penderita
intervensi yang dilakukan terhadap penderita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar