Kritik dan Saran silahkan kirim pesan ke" bayz.pabayo@gmail.com "

Virus Herpes Simplex (HSV 1 dan HSV 2)


Herpes simplex tersebar luas pada populasi manusia. Mereka menunjukan kisaran inang yang lebar, memiliki kemampuan bereplikasi pada banyak tipe sel dan menginfeksi berbagai jenis hewan. Mereka tumbuh sangat cepat dan sangat sitolitik. Virus Herpes Simplex menyebabkan beragam penyakit mulai dari ginggivostomatitis sampai keratokonjuntivitis , ensefalitis, penyakit genital, dan infeksi pada bayi baru lahir. Virus herpes Simplex menjadi penginfeksiyang laten pada sel syaraf; dan umumnya menjadi rekurensi (kekambuhan).


Sifat-sifat
Terdapat dua tipe virus herpes yang berbeda: tipe 1(HSV-1) dan tipe 2 (HSV2). Memiliki susunan genom yang sama dan menunjukan kesesuaian urutan substansi. Virus ini dapat dibedakan melalui analisis pembatasan enzim dari DNA virus. Secara serologi keduanya bereaksi silang, tetapi terdapat beberapa protein unik pada setiap tipe.cara penularannya berbeda; HSV-1 menyebar melalui kontak, biasanya melibatkan air liur yang terinfeksi, sementara HSV-2 ditularkan secara seksual atau melalui infeksi genitalia maternal kepada bayi yang baru lahir. Hal ini menimbulkan gejala klinis yang berbeda.
Siklus pertumbuhan HSV berjalan cepat, membuuhkan waktu 8-16 jam untuk penyelesaiannya. Genom HSV besar sekitar 150 kbp dan dapat mengkode sekurangnya 70 polipeptida; kegunaan dari berbagai protein dalam replikasi atau keadaan laten tidak diketahui. Salah satunya (gD) adalah perangsang timbulnya antibodi penetralisir yang paling poten. Glikoprotein C adalah suatu komplemen (C3b)berikatan dengan protein, dan gE adalah suatu reseptor gE adalah suatu reseptor Fc, yang berikatan dengan bagian Fc pada IgG. Glikoprotein G bersifat spesifik dan memungkinkan pembedaan antigen antara HSV-1 dan HSV-2 (gG-2). 


Karakteristik
HSV-1
HSV-2
Biologis
Vektor atau laten reservoar hewan
Tempat laten

Tidak ada
Gangglion trigeminus

Tidak ada
Ganglion sakralis
Epidemiologi
Umur Infeksi primer
Penularan

Anak dini
Kontak (saliva)

Dewasa muda
Seksual
Klinis
Infeksi primer
Gingivostomatitis
Faringotonsilitis
Keratokonjunctivitis
Infeksi neonatal
Infek rekuren
Nyeri flu, demam blister
Keratitis
Infeksi primer ataurekuren
Herpes kutaneus
Kulit diatas pinggang
Kulit dibawah pinggng
Tangan dan lengan
Herpes kelurut
Eczema herpetikum
Herpes genitalis
Herpes ensefalitis
Herpes meningitis


+
+
+
±

+
+


+
-
+
+
+
±
+
±


-
-
-
+

-
-


-
+
+
+
-
+
-
+

Bagian yang disukai HSV1 yakni pada kulit dan selaput lendir mukosa di mata atau di mulut, hidung, dan telinga. Sedangkan HSV2 bagian yang disukai yakni pada kulit dan selaput lendir pada alat kelamin dan perianal.
Bentuk pada kulit HSV1 membentuk bercak verikel – verikel kecil, sedangkan HSV2 membentuk verikel – verikel besar, tebal, dan terpusat. Secara serologi HSV1 terdapat antibodi anti HSV1 dan HSV2 terdapat antibodi anti HSV2.
Khusus untuk wanita hamil yang terinfeksi HSV2 harus ditangani secara serius, karena virus ini dapat menembus plasenta dan menimbulkan kerusakan neonatal, dampak – dampak kongenital, dan kematian janin.


Patogenesis
A. Patologi
Karena HSV menyebabkan infeksi sitolitik, perubahan patologisyang disebabkan nekrosis selyang terjadi persamaan dengan respon peradangan. Lesi yang terjadi pada kulit dan membran mukosa oleh HSV sama dan menyerupai yang ada pada virus varcella-zoster. Perubahan yang disebabkan HSV sama, baik pada infeksi primer maupun infeksi ulang tetapi bervariasi tingkatannya, menunjukan luas sitopatologi virus.
Perubahan histopatologi yang khas termasuk menggelembungnya sel yang terinfeksi, merupakan hasil dari badan inklusi intranuklear Cowdry tipe A, menepinya kromatin, dan pembentukan dari giant cell multinuklear. Inklusi awal pada dasarnya memenuhi nukleus tetapi kemudian memadat dan terpisah oleh suatu halo dari kromatin pada tepi nukleus. Fusi sel merupakan cara efektif penyebaran darisel ke sel pada HSV, bahkan pada keadaan terdapatnya antibodi penetralisir.

B. Infeksi Primer
HSV ditularkan melalui kontak pada orang yang mudah terkena dengan individu mengekskresi virus. Virus haru menemukan permukaan mukosa atau kulit yang rusak untuk memulai infeksi (kulit yang bersifat resisten tidak rusak). Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofharing dan virus disebarkan melalui droplet pernafasan dan  melalui kontak langsung air liur yang terinfeksi. HSV-2 biasanya ditularkan melalui jalan genital. Replikasi virus pertama terjadi pada tempat infeksi. Virus kemudian menginfeksi ujung syaraf lokal dan dibawa melalui saluran akson retrogad, menuju gangglion radiks posterior, dimana setelah replikasi lebih lanjut terjadi keadaan laten. HSV-2 genital menyebabkan infeksi laten pada gangglion sakral.
Infeksi HSV primer biasanya ringan; kebanyakan asimptomatis. Jarang yang menjadi penyakit sistemik. Terjangkitnya organ secara luas dapat terjadi ketika inang yang bersifat immunokompromis tidak mampu membatasi replikasi virus dan terjadi viremia.

C. Infeksi Laten
Virus berdiam dalam ganglion yang mengalami infeksi laten dalam keadaan tidak bereplikasi; sangat sedikit gen-gen yang diekspresi. Persistensi virus dalam ganglion yang mengalami infeksi laten bertahan seumur hidup inang. Tidak ada virus yang dapat ditemukan diantara masa rekurensipada atau dekat tempat lesi rekuren yang biasanya.
Rangsangan profokatif yang dapat mereaktivasi virus dalam keadaan laten, meliputi luka pada akson, demam, stres fisik atau emosi, dan paparan sinar ultraviolet. Virus mengikuti akson kembali kekedudukan perifer; dan replikasi berlangsung pada kulit atau membran mukosa. Reaktivasi spontan terjadi sekalipun ada imunitas seluler dan imunitas humoral spesifik HSV. Tetapi imunitas ini membatasi replikasi virus lokal, sehingga infeksi rekuren tidak begitu meluas dan tidak begitu parah. Banyak kejadian rekurensi bersifat asimtomatis, hanya tercermin dari adanya virus dalam sekresi.

Diagnosis Laboratorium
A. Isolasi dan Identifikasi Virus:
pengujian PCR dapat digunakan untuk mendeteksi virus. Tetapi isolasi virus tetap sebagai pendekatan diagnosis pasti. Virus dapat diisolasi dari lesi herpetik dan mungkin juga didapat pada basuhan tenggorokan, cairan cerebrospinaln dan feses, baik selama infeksi primer maupun selama periode asimtomatik. Karena itu, isolasi HSV saja bukan bukti yang cukup sebagai indikator bahwa virus sebagai agen penyebab penyakit yang sedang diselidiki.
Inoklusi kultur jaringan dipakai untuk isolasi virus. Agen kemudian diidentifikasi melalui tes Nt atau pengecatan imunofluorensen dengan antibodi spesifik. Penentuan tipe isolatHSV bisa dilakukan dengan menggunakan antibodi monoklonal atau melalui analisis penghambatan endonulease dari DNA virus.

B. Serologi: 
antibodi timbul dalam waktu 4-7 hari setelah infeksi mencapai puncaknya dalam 2-4 minggu. Mereka bertahan dengan fluktuasi kecil untuk kehidupan inang.
Nilai diagnostik pengujian serologi terbatas oleh banyaknya antigen yang sama pada HSV-1 dan HSV-2. Bisa juga terdapat responheterotipikanamnestik dengan virus varicella zoster pada orang yang terkena infeksi HSV, begitu pula sebaliknya.



Temuan klinis
- Herpes genitalis
- Infeksi kulit
- Herpes neonatal

Tanda dan Gejala Klinis

Tanda dan gejala yang timbul akibat serangan virus herpes secara umum adalah demam, menggigil, sesak napas, nyeri dipersendian atau pegal di satu bagian rubuh, munculnya bintik kemerahan pada kulit yang akhirnya membentuk sebuah gelembung cair. Keluhan lain yang kadang dirasakan penderita adalah sakit perut.

Penanganan dan Pengobatan 

Pada penderita penyakit cacar hal yang terpenting adalah menjaga gelembung cairan tidak pecah agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman lain (infeksi sekunder), antara lain dengan pemberian bedak talek yang membantu melicinkan kulit. Penderita apabila tidak tahan dengan kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak mandi, karena bisa menimbulkan shock.

Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk mengurangi keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan paracetamol. Pemberian Acyclovir tablet (Desciclovir, famciclovir, valacyclovir, dan penciclovir) sebagai antiviral bertujuan untuk mengurangi demam, nyeri, komplikasi serta melindungi seseorang dari ketidakmampuan daya tahan tubuh melawan virus herpes. Sebaiknya pemberian obat Acyclovir saat timbulnya rasa nyeri atau rasa panas membakar pada kulit, tidak perlu menunggu munculnya gelembung cairan (blisters).

Pada kondisi serius dimana daya tahan tubuh sesorang sangat lemah, penderita penyakit cacar (herpes) sebaiknya mendapatkan pengobatan terapy infus (IV) Acyclovir. Sebagai upaya pencegahan sebaiknya seseorang mendapatkan imunisasi vaksin varisela zoster. Pada anak sehat usia 1 - 12 tahun diberikan satu kali. Imunasasi dapat diberikan satu kali lagi pada masa pubertas untuk memantapkan kekebalan menjadi 60% - 80%. Setelah itu, untuk menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali lagi saat dewasa. Kekebalan yang didapat ini bisa bertahan sampai 10 tahun.

2 komentar:

  1. Herpes also known as Herpes Simplex Virus , is a sexually transmitted disease (contagious disease), aroung 70% of our population is suffering from this disease, but there is no Cure Of Herpes simples virus till now. But this time scientists are guaranteed iving you the Herpes Cure 2016 . The name of cure is Herpes Cure 2016.

    BalasHapus
  2. Ahora soy dueño de mi propio negocio con la ayuda de Elegantloanfirm con un préstamo de $ 900,000.00 USD. con cargos de tasa del 2%, al principio enseñé con fue todo una broma hasta que mi solicitud de préstamo se procesó en cinco días hábiles y se me transfirieron los fondos solicitados. Ahora soy un orgulloso propietario de una gran empresa con 15 empleados trabajando a mis órdenes. Todo gracias al oficial de préstamos Russ Harry, es un enviado de Dios, puede contactarlos para mejorar su negocio en ... correo electrónico-- Elegantloanfirm@hotmail.com. / Número de Whatsapp +393511617486

    BalasHapus