A.
PENGERTIAN
PMS
adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti suatu infeksi atau
penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal atau
lewat vagina).
PMS
juga diartikan sebagai penyakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui
hubungan seksual dari satu orang ke orang lainnya. Harus diperhatikan bahwa PMS
menyerang sekitar alat kelamin tapi juga dapat memberikan gejalanya muncul dan
menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan hingga organ tubuh
lainnya.
B.
RANTAI PENULARAN
Penyakit
menular seksual dapat disebabkan antara lain Virus, bakteri, protozoa, parasit
dan jamur. Manusia dapat terinfeksi dari bahan lain yang tercemar kuman
misalnya pada Penis, vagina, lubang pantat, kulit yang terluka, darah, selaput
lendir, mulut dan lain sebagainya.
Yang
paling umum penyebab terjadinya penyakit menular seksual dan paling sering adalah
hubungan seksual (penis-vagina, penis-lubang pantat, mulut-lubang pantat,
mulut-vagina, mulut-penis).
Selain
melalui hubungan yang bersifat seksual, dapat juga penularan melalui misalnya pemakaian
jarum suntik secara bersama-sama dari orang yang terkena PMS ke orang lainnya
(obat suntik terlarang, transfusi darah yang tidak steril, jarum tato dan
lainnya), kontak lansung dengan kuman misalnya pada kulit ataupun misalnya
seropurulen menempel pada kulit, dan lain sebagainya.
Biasanya
orang yang berperilaku seks tidak aman akan semakin besar kemungkinan terkena
penyakit menular seksual. Semakin banyak pasangan seks seseorang, makin tinggi
kemungkinan terkena PMS, karena kemunggkinan dari orang yang sudah tertular.
C.
PENCEGAHAN
karena
penularan penyakit menular seksual terutama oleh aktifitas seksual maka
pencegahannya adalah pembatasan aktifitas seksual dan melakukan aktifitas
seksual yang baik. berikut pencegahan yang dapat anda lakukan untuk mengurangi
resiko terkena penyakit menular seksual.
1. Lakukan
seks yang aman.
Seks
yang aman mencangkup dua hal utama yaitu proses seks yang benar dan tidak
melakukan gonta-ganti pasangan apalagi dengan mereka yang beresiko tinggi
sebagai pembawa penyakit.
2. Vaksinasi.
Ini
adalah salah satu upaya pencegahan utama. saat ini yang sangat digalakkan dan
diajurkan adalah vaksinasi HPV (Human Papillomavirus) yang dikenal sebagai
salah satu penyebab kanker serviks.
3. Gunakan
Pengaman.
Penggunaan
kondom atau pengaman dapat mengurangi resiko tertular penyakit seksual.
4. Memastikan
jarum suntik dalam keadaan steril.
Saat
dibutuhkan penyuntikan pastikan tidak digunakan berulang terutama setelah
penyuntikan pada penderita PMS, karena selain hubungan seksual kontak jarum
suntik dapat menimbulkan infeksi menular seksual dari seseorang kepada orang
lainnya.
5. Menjaga
kesehatan organ intim.
Dengan
membersihkan dan memelihara kebersihan oragn intim dapat mencegah terjadinya
penyakit menular seksual, setidaknya dapat mencegah sebelum terjadi infeksi
menular seksual berkembang.
D.
JENIS-JENIS
1.
Gonorrhea
Gonorrhea
biasa disebut “GO” disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Masa inkubasi
pada pria : 3-30 hari sedangkan pada wanita 3 sampai waktu yang tidak dapat
ditentukan.
Pada
pria diagnosa ditentukan dengan adanya pemeriksaan gram ( gram +) pada
pemeriksaan smear terhadap pengeluaran melalui penis. Untuk menentukan diagnosa
GO pada wanita, selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan kultur dari serviks,
uretra, tenggorokan dan anus.
Tanda dan gejala:
Pria
: Pengeluaran discharge dari penis, cairan purulen melalui uretra, disuria,
epididymitis dan prostatitis.
Wanita
: Pada tahap dini asimptomatis hanya memberikan gejala ringan dan muncul
setelah 2-10 hari setelah terpapar, selanjutnya servisitis dengan pengeluaran
yang purulen kental berwarna kuning, gartolinitis.
Secara
hematogen: dapat menimbulkan artritis, dermatitis, atau meningitis,
endokarditis walaupun kasus-kasus tersebut jarang ditemukan.
Terapi:
Untuk
terapi dapat diberikan antibiotik berupa Procaine penicillin G (IM) dan
Progenetid (PO) atau Ampicilline dan probenecide (PO). Sebelum pemberian terapi
ini,kita perlu untuk melakukan tes terlebih dahulu, karena dapat menyebabkan
syok anapilaksis setelah 30 menit injeksi penicilline. Namun pengobatan tidak
dapat menghilangkan kerusakan yang ditimbulkan sebelum pengobatan.
Pemeriksaan:
Dilakukan
pemeriksaan gram dari dischare yang dikeluarkan dari penis ataupun dari vagina,
akan didapatkan bakteri gram (+).
Komplikasi:
Penderita
: Pada perempuan jika tidak diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama
Penyakit Radang Panggul apabila telah terjadi komplikasi, yang kemudian dapat
menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis. Dapat menyebabkan kemandulan pada pria. Gonore yang tidak diobati dapat menginfeksi
sendi, katup jantung dan/atau otak.
Janin
dan bayi baru lahir: Gonore dapat menyebabkan kebutaan dan penyakit sistemik
seperti meningitis dan arthritis sepsis pada bayi yang terinfeksi pada proses
persalinan, tetapi yang paling sering terjadinya kebutaan. Untuk mencegah kebutaan, semua bayi yang
lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore.
2. Syphillis
Syipilis
disebabkan oleh bakteri Spirochete treponema pallidum yamg masuk kedalam tubuh
melalui membrane mukosa atau kulit selama melakukan hubungan seksual.
Ada
2 macam Syphilis
1)
Syphilis
konginital
Syphillis
kongenital didapatkan sejak dilahirkan yang biasanya berasal dari infeksi pada
ibu hamil. Ada 3 macam Syphilis konginetal
a) Syphilis
konginetal dini
Timbul 3 minggu setelah kelahiran
Gejala dan tanda-tandanya
·
Lepuh-lepuh pada telapak tangan dan kaki
dapat berupa vesikel dan bula, setelah pecah menjadi krusta, sering disebut
sebagai pemfigus sifilitika
·
Keluar lendir dan bernanah pada hidung
dan mulut
·
Radang pada tulang yang berbentuk yang
panjang biasanya angka kematian sangat tinggi
b) Syphilis
konginetal lanjut
Timbul setelah beberapa bulan kelahiran
Gejala dan tanda-tandanya
·
Sekret hidung bercampur darah
·
Bentuk gigi seperti pahat/tatah
·
Bola mata keruh
·
Dahi menonjol
·
Kulit pada sudut bibir pecah-pecah
c) Stygmata
syphilis konginetal
Terdapat
pada usia lebih dari 2 tahun, klinis baru dapat terlihat setelah 7-9 tahun
dengan adanya trias huthinson, yakni kelainan pada mata (keratitis interstitial
menyebabkan kebutaan), ketulian akibat gangguan N VIII dan gigi huthinson (
gigi pada incicivis I atas kanan dan kiri seperti obeng.
Gejala dan tanda-tandanya
·
Hidung bentuk seperti pelana
·
Wajah seperti Bulldog
·
Gigi seperti pahat atau tatah
·
Bola mata keruh
·
Mengalami ketulian
2)
Syphilis
Akuisita
Adalah
penyakit Sypilis yang didapat atau ditularkan melalui hubungan seksual dengan pasangan yang
menderita Sypilis.
Perjalanan
penyakit Syphilis Akuista melalui 3 tahapan:
a) Syphilis
primer
Adanya
luka pada vulva atau penis tidak nyeri (chancres), ulkus primer baik tunggal
maupun kelompok, mungkin terjadi juga pada bibir, lidah tangan, rectum atau
putting susu.
b) Syphilis
sekunder
2-4
minggu setelah timbulnya ulkus hingga sampai 2-4 tahun. Pasien merasa demam,
sakit kepala, tidak nafsu makan, hilang berat badan, anemia, sakit pada
tenggorokan, bercak merah pada tubuh tetapi tidak gatal, limfadenopati,
kemerahan dan sakit pada mata, kuning dengan atau tanpa hepatitis, sakit pada
otot persendian dan tulang panjang. Pada umumnya tubuh lemah, kemerahan serta
adanya condylomata pada rectum dan genitalia. Pada masa laten jarang memberikan
gejala.
c) Syphilis
laten
Pada
masa laten tidak memberikan gejala hingga 5-20 tahun, sedangkan pada tahap
lanjut yaitu terminal tidak diobati akan terlihat tumor/massa/gumma pada bagian
tubuh, kerusakan pada katup jantung dan pembuluh-pembuluh darah, meningitis,
paralysis, kurang koordinasi, parese, insomnia, binggung, dilusi, gangguan
pikir dan bicara tidak jelas.
Pemeriksaan:
Tes
komplemen : TPCF ( Treponema Pallidum Complement Fixation )
Tes
Aglutinasi : TPHA ( Treponema Pallidum Haemaglutination Assay)
Tes
Serologi : VDRL ( Venereal Desease Research Laboratory)
Terapi
Yaitu
semua jenis Penicillin, dianjurkan penicillin G benzathine 2,4 juta unit secara
IM long acting. Pada kasus setelah pemerkosaan untuk pencegahan sifilis dapat
diberikan sefriakson 125 mg IM.
3.
Herpes
Genitalis
Lebih
sering disebabkan oleh Herves Simplex Tipe 2 (HSV-2). Herpes menyebar melalui
kontak seksual antar kulit dengan bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat
melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral. Tempat predileksi HSV-2
didaerah pinggang ke bawah, terutama daerah genital.
Virus
sejenis dengan strain lain yaitu Herpes Simplex Tipe 1 (HSV-1) umumnya menular
lewat kontak non-seksual dan umumnya melalui oral. Namun, HSV-1 dapat menular lewat hubungan
seks oral dan dapat menyebabkan infeksi alat kelamin. Predileksi HSV-1 pada
daerah pinggang ke atas.
Tanda dan gejala:
1) Infeksi
Primer
Berlangsung
kira-kira 3 minggu dan sering disertai dengan gejala sistemik, misalnya demam,
anoreksia, dan dapat terjadi pembengkakan kelenjar getah bening. Didapatkan
vesikel berkelompok dan erimatosa, berisi cairan jernih yang kemudian menjadi
seropurulen, dapat menjadi krusta dan ulserasi yang dangkal. Dapat timbul
infeksi sekunder tanpa gambaran yang jelas.
2) Fase
Laten
Tidak
didapatkan gejala pada fase ini, HSV dalam keadaan tidak aktif di ganglion
basalis, tetapi penularan dapat terjadi dalam jumlah sedikit.
3) Infeksi
Rekuren
gejala
yang timbul lebih ringan dari infeksi primer dan berlangsung selama 7-10 hari.
Ditemukan sebelum terdapatnya vesikel terdapat rasa panas, gatal dan nyeri.
4) Herpes
pada kehamilan
Perlu
perhatian yang khusus, karena dapat menimbulkan kelainan hingga kematian pada
janin terutama terjadi infeksi primer pada saat kehamilan. Kelainan yang
ditimbulkan dapat berupa ensefalitis, keratokonjuntivitis, hepatitis, dan
timbul lesi pada kulit. Sebaiknya pada persalinan dilakukan sectio caesaria
apabila ibu terinfeksi, dilakukan sebelum ketuban pecah dan paling lambat 6 jam
setelah ketuban pecah. Bila transmisi terjadi pada trimester I cendrung terjadi
abortus, sedangkan pada trimester II, terjadi prematuritas.
Pemeriksaan:
Cairan
pada vesikel dapat dibiakan secara mikrobiologi.
Percobaan
Tzank dengan pewarnaan Giemsa dari vesikel, didapatkan hasil sel datia berinti
banyak.
Pengobatan :
Asiklovir
200 mg per oral 5 kali sehari selama 7 hari
Isoprinosin
sebagai imunomodulator
Adenin
arabinoid (vitarabin) untuk penyakit lebih berat dan menimbulkan komplikasi,
dapat juga dengan pemberian asiklovir
Pencegahan dan Pengawasan
Pencagahan
terhadap STD mencangkup 3 tingkatan pencegahan yaitu:
1. Pencegahan
primer, ditujukan untuk mencegah penyakit mencangkup hal-hal sebagai berikut:
·
Memberikan pendidikan kepada
individu-individu yang tidak terinfeksi sehingga dapat menghindar dari individu
yang terinfeksi.
·
Identifikasi dan mengobati individu yang
terinfeksi tanpa gejala.
·
Wawancara pasien yang terinfeksi untuk
identifikasi kontak.
·
Melakukan pemeriksaan dan pengobatan
pencegahanpada individu yang kontak.
·
Anjurkan untuk berpatisipasi pada
program pengawasan.
2. Pencegahan
sekunder yaitu: untuk mencegah terjadinya komplikasi STD seperti : PID pad
waktu dengan GO.
3. Pencegahan
tertier, berfokus untuk menurunkan efek dari komplikasi seperti : steril atau
mandul.
Pendidikan
Kesehatan
Pendidikan
kesehatan terhadap individu yang tidak terinfeksi sangat efektif dilakukan
melalui sekolah-sekolah dan kelompok masyarakat remaja dan dewasa muda
Di
klinik, untuk pasien yang pertama kali mengalami STD akan merasa takut, berdosa
dan tidak aman, sehingga perlu pendekatan psikologis sosial. Pendidikan
kesehatan yang diberikan di klinik mencangkup : cara kerja obat, durasi,
efektif, efek samping, keuntungan dan kunjungan ulang, kegagalan pengobatan
akan menyebabkan remfeksi juga diberi informasi tentang : cara transmisi
penyakit, proses reinfeksi, hentikan hubungan seksual jika mungkin, jika tidak
bisa mengamankan kondom.
Untuk
perawatan diri perlu diinformasikan tentang hal-hal sebagai berikut:
a) cuci
tangan dan mandi dalam frekuensi sering.
b) Jangan
lakukan (kotraindikasi) douching kecuali untuk pemberian obat-pbatan.
c) Pergunakan
pakaian dalam dari katun.
d) Jangan
mempergunakan lotion, cream, minyak pada luka kecuali diprogramkan.
4.
AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome)
AIDS
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency
Virus) ditandai dengan sindroma menurunnya sistem kekebalan tubuh. Penyebab
utama AIDS adalah HIV. HIV dapat ditransmisi melalui kontak seksual, darah atau
produk darah dari ibu kepada bayinya. HIV tidak dapat ditransmisi melalui
kontak didalam rumah, sekolah atau tempat kerja.
Gejala
pertama AIDS muncul rata-rata 10 tahun dari saat terinfeksi HIV, yang
selanjutnya menunjukan gejala berbagai penyakit dan menyebabkan kematian dalam
waktu 1-3 tahun.
Dalam
masa 10 tahun dari saat terinfeksi HIV, sipengidap tampak “sehat” namun
berkemampuan untuk menularkan HIV kepada orang lain melalui hubungan seksual
(berganit-ganti pasangan),melalui darah atau produk darahnya(secara suntikan,
tranfusi dan transplantasi organ dari sipengidap HIV) dan melalui proses
melahirkan dari ibu sipengidap HIV kepada janin atau bayinya.
Tanda dan Gejala
Gejala Mayor
a) Pada
prang dewasa terdiri dari:
·
Penurunan berat badan lebih dari 10%
·
Diare kronik lebih dari satu bulan.
·
Demam lebih dari satu bulan (kontinyu
atau intermiten)
b) Pada
anak terdiri dari:
·
Penurunan berat badan atau pertumbuhan
lambat yang abnormal.
·
Diare kronik lebih dari satu bulan.
·
Demam lebih dari satu bulan.
Gejala Minor
a) Pada
orang dewasa terdiri dari:
·
Batuk lebih dari satu tahun.
·
Dermatitis pruritus umum.
·
Herpes Zoster rekurens.
·
Candidiasis orofarings.
b) Pada
anak terdiri dari:
·
Limfadenopati umum.
·
Candidiasis oroforings.
·
Infeksi umum yang terulang (otitis,
faringitis)
Pemeriksaan
·
PCR ( Polymerase Chain Reaction)
·
ELISA, sensitivitasnya hingga 98,1-100
%. Memberikan hasil positif setelah 2-3 bulan. Hasil positif dikonfirmasi
dengan pemeriksaan Western Blot
·
Western Blot, sensitivitasnya hingga
99,6-100 %
·
IFA ( Immunofluorescent Assay )
·
RIPA ( Radioimmunopraecipitation assay )
Pengobatan
a. Infeksi
Dini
·
Antiviral Zidovudin (ZDV) 500-600
mg/hari, sewaktu pasien terjaga 100 mg/4jam
·
Didanosis (bila tidak toleran pada ZDV),
2x100 mg/12 jam (BB <60kg), atau 2x125 mg/12 jam (BB>60 kg)
b. Stadium
lanjut
Umumnya
dapat terjadi infeksi oportunistik yang mengancam jiwa. Sehingga perlu
diberikan multidisipliner.
·
Zidovudin (ZDV) 1000 mg/hari dalam 4-5
kali pemberian (BB 70 kg)
c. Fase
terminal
Penyakita
pada fase ini sudah tidak dapat teratasi, pengobatan hanya simptomatik hanya
untuk agar pasien merasa nyaman, bebas dari rasa mual dan sesak, mengatasi
infeksi yang ada, dan mengurangi rasa cemas.
5.
Kandidosis
Vaginalis
Merupakan
penyakit jamur yang disebabkan kandida C. Albicans yang bersifat akut dan
subakut pada vagina dan vulva.
Tanda dan Gejala
·
Rasa gatal / iritasi disertai keputihan
yang tidak berbau atau dapat bau asam (khas)
·
Keputihan seperti susu pecah (khas)
·
Pada dinding vagina dijumpai gumpalan
keju (cottage cheeses)
Pemeriksaan
·
Pemeriksaan mikroskopis dengan KOH 10%,
terlihat pseudohifa
·
Pewarnaan gram, memberikan hasil (+)
Pengobatan
·
Mikonazol / klotrimazol 200 mg
intravaginal / selama 3 hari
·
Klotrimazol 500 mg intravaginal dosis
tunggal
·
Krim klotrimazol 1% atau mikonazol 2%
selama 7-14 hari, atau saleb tiokonazol 6,5 % sekali oles
6.
Trikomoniasis
Infeksi
urogenital bersifat akut hingga kronik yang disebabkan oleh parasit Trichomonas
vaginalis. Masa tunasnya 4 hari sampai 3 minggu. Mengenai dinding vagina daerah
forniks posterior.
Tanda dan Gejala
a. Pada
wanita:
·
Pada vagina terdapat seropurulen berwarna
kekuning-kuningan atau kuning kehijauan, berbau tidak enak dan berbusa
·
Terdapat strawberry apperance, berupa
dinding vagina kemerahan, terdapat abses kecil tampak granulasi berwarna merah.
Sekret ini dapat mengakibatkan iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia
·
Uretritis
·
Bartolinis
·
Skenitis
·
Sistitis
b. Pada
pria:
·
Disuria
·
Poliuria
·
Mukopurulen
·
Pada urin terdapat benang-benang halus
dan keruh pada pagi hari
Pemeriksaan
Dapat
dilakukan secara mikroskopis sediaan basah ( dengan garam faal, dapat terlihat
pergerakan pasif), sediaan apus (dengan menggunakan Giemsa atau gram (+)),
serta dengan cara dibiakan (pembenihan).
Pengobatan
Metronidazol
peroral dosis tunggal 3x200 mg perhari selama 7 hari
Nimodazol
dosis tunggal 2 g dan tinidazol dosis tunggal 1,5 g
DAFTAR
PUSTAKA
- Majoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta. Media Aesculapius. FKUI.
- Prayetni. 1996. Asuhan Keperawatan Ibu dengan Gangguan Sistem Reproduksi. Jakarta. Depkes RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
- Keluarga berencana dan Kesehatan Reproduksi Berwawasan Jender. 2003.Jakarta. Badan Koordinasi KB Nasional.
- Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Volume 1. Nelson. Jakarta. EGC.
- http://www.kesrepro.info
- http://www.news-medical.net
- http://www.penyakitmenularseksual.com/
By: Marsia Elda Lestari
( AKADEMI KEBIDANAN BHINNEKA JAKARTA SATU )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar