Kritik dan Saran silahkan kirim pesan ke" bayz.pabayo@gmail.com "

Sukses Jadi Entrepreneur Setelah Dapat Utangan


Teladanan ini patut kita acungkan jempol karna dari kisahnya bagaimana perjuangan seorang ayah hingga mencapai sebuah kesuksesan yang menjadi teladan bagi banyak orang, untuk lengkapnya silahkan menikmati...
Kisah sukses warga pedalaman Kalimantan Barat setelah menjadi anggota credit union
Hujan deras yang mengguyur Nanga Tempunak, Kamis (19/7) malam, menyisakan jejak pada keesokan pagi harinya, Jumat (20/7). Jalan desa di Kecamatan Tempunak, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, yang masih berupa tanah itu, terlihat lembap saat KONTAN menyambangi Nanga Tempunak.
Dalam bahasa Dayak, nanga berarti muara sungai. Memang, tak jauh dari Nanga Tempunak yang berjarak sekitar dua jam perjalanan darat dari ibukota Kabupaten Sintang, ada pertemuan antara Sungai Kapuas dan Sungai Tempunak.
Meski terletak di pedalaman, kampung ini sudah terjangkau koperasi kredit atau beken dengan sebutan credit union (CU). Sebuah kantor tempat pelayanan (TP) berlantai dua berdiri megah di tengah-tengah desa tersebut. TP CU Keling Kumang, namanya.
Tidak jauh dari TP ini, sekitar 50 meter, berdiri sebuah rumah berdinding tembok. Keberadaan rumah itu cukup mencolok karena mayoritas rumah penduduk di Nanga Tempunak berdinding kayu, semacam rumah panggung khas Dayak. Di halaman rumah dengan dinding tembok tersebut, terparkir mobil pikap kabin ganda Toyota Hilux berwarna perak.
Masuk ke dalam rumah itu, suasana nyaman dan adem terasa. Sebab, teras belakang menyuguhkan hamparan warna cokelat susu Sungai Kapuas berpadu dengan hijau hutan rimba. Sungguh, pemandangan alam yang betul-betul elok. “Kalau musim pasang, air sungai bisa naik sampai teras belakang,” kata Kalinus Marjo, sang pemilik rumah. Padahal, rumahnya berada di ketinggian sekitar 10 meter di atas permukaan sungai dalam kondisi normal.
Sukses Marjo menjadi salah satu orang paling kaya di desanya tak lepas dari keikutsertaannya dalam credit union. Ceritanya, tahun 2006 lalu ia bergabung dengan Keling Kumang. Informasi soal CU dia dapat dari para aktivis yang masuk hingga ke desa-desa di pedalaman Borneo. “Sebelum resmi menjadi anggota, saya diajari bagaimana menabung dan meminjam uang untuk memanfaatkan peluang,” ujarnya.
Ketika itu, Marjo sedang berbisnis transportasi longboat yang melayani trayek di Sungai Kapuas. Marjo punya dua perahu, yang satu dia sopiri sendiri dan satunya lagi dikemudikan oleh orang lain. Dari usahanya ini, ia mengantongi omzet bersih Rp 100.000 sehari.
Sebelum menggeluti usaha ini, pria yang hanya mengenyam pendidikan sampai sekolah menengah pertama (SMP) ini menjadi penambang emas tradisional di Desa Tanjung Prada. Berangkat dari keluarga tak mampu, Marjo banting tulang mengayak pasir demi mencuil rupiah dari emas. Hasilnya kemudian ia belikan dua longboat seharga total Rp 4 juta.
Semula di desanya tidak ada kantor TP CU. Jadi, untuk menjangkau kantor pusat Keling Kumang yang ada di Kabupaten Sekadau, Marjo harus berjalan kaki selama enam jam. Dia ingat betul, awal menjadi anggota koperasi itu, dirinya mencemplungkan duit Rp 1 juta.
Dua tahun bergabung dengan Keling Kumang, Marjo pun meninggalkan usaha longboat-nya. Dia lalu mulai menjadi pedagang pengumpul alias pengepul karet. Uang untuk membeli karet dari para petani ia dapat dari pinjaman CU. Dari pinjaman awal di 2008 sebesar Rp 25 juta, lama-lama jumlahnya mengembang jadi Rp 500 juta pada akhir 2011 lalu.
Untuk beli kebun
Pinjaman itu tak hanya Marjo pakai untuk modal memborong karet dari petani, tapi juga untuk membeli lahan perkebunan karet. Kucuran dana pertama dari CU yang dia gunakan untuk membeli kebun karet sebesar Rp 260 juta pada 2008 lalu. Kebun karet seluas 20 hektare ia beli dari para tetangga yang menawarkan lahannya.

Kalinus Marjo bersama keluarga
Kini, bapak tiga anak ini memiliki 30 hektare kebun karet dan 7 hektare kebun kelapa sawit. Marjo mempekerjakan 17 karyawan yang 14 orang di antaranya adalah karyawan tetap. Dalam sehari, kebun karetnya menghasilkan 250 kilogram (kg) hingga 300 kg karet. Dalam sebulan, waktu menyadap karet cuma 18 hari sampai 22 hari.
Karet dari kebunnya dan hasil membeli dari para petani lalu Marjo jual ke Pontianak seharga Rp 11.000–Rp 12.000 per kg. Dia menjual karet hasil sadapan dari kebunnya tiap tiga bulan sekali, dengan nilai penjualan Rp 135 juta hingga Rp 198 juta.
Penghasilan ini belum termasuk pendapatan dari hasil menjual karet yang Marjo beli dari para petani, lo. Dia membeli karet dari ratusan petani yang tersebar di pelbagai kampung. Saban bulan, pria 38 tahun ini bisa menjual karet hasil pembelian dari para petani ke Pontianak hingga tiga atau empat kali. Sekali menjual sampai dua truk atau sekitar 15 ton.
Kesuksesan Marjo tak hanya berbuah kebun luas, rumah megah, dan mobil mewah. Ia pun bisa menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Anak pertamanya kini sedang menempuh pendidikan kebidanan di Jakarta. “Saya berusaha menyekolahkan anak minimal sampai Pontianak. Kalau bisa semua anak saya sekolah di Jawa,” ujar Marjo.
Tapi, Marjo bukan satu-satunya pemilik cerita inspiratif. Lasarus Khancas, petani kelapa sawit, juga mendulang sukses karena cerdas memanfaatkan pinjaman CU. Berbeda dengan Marjo yang menjadi petani di kemudian hari, kelapa sawit sudah menjadi teman Khancas sejak kecil. Sebab, orangtuanya memiliki kebun sawit.
Ya, kebanyakan warga desa di Kalimantan Barat punya kebun sawit atau karet. Dari orangtua, Khancas mendapat warisan kebun sawit seluas dua hektare. Areal segitu sejatinya cukup luas, tapi karena tak ada modal, Khancas menggarapnya secara serampangan. Pendapatannya dari hasil panen kebun tak lebih dari Rp 2 juta.
Makanya, dia ingin maju. Lalu, ia pun mengajukan kredit ke bank. Namun, “Pengajuan pinjaman saya ke bank untuk membeli bibit ditolak,” kata ayah tiga anak ini.
Pada tahun 1999, Khancas mendengar cerita dari beberapa teman yang mendapat pinjaman dari CU. Tertarik, ia lalu bergabung dengan Lantang Tipo. Kala itu, belum ada TP koperasi itu di Kecamatan Kembayan, Kabupaten Sanggau, tempat Khancas tinggal. TP terdekat ada di Pusat Damai, Kecamatan Parindu. Perjalanan darat dengan mobil dari Kembayan ke Parindu memakan waktu 1,5 jam.
Setelah dinyatakan lulus mengikuti pendidikan menjadi anggota Lantang Lipo, Khancas tak menyia-nyiakan kesempatan. Usai aktif menabung di tahun 2000 keluar pinjaman Rp 2 juta dari Lantang Tipo. Duit sebesar itu dia gunakan untuk membeli sepeda motor bekas. “Supaya aktivitas saya ke mana-mana menjadi lebih gampang,” jelas pria usia 40 tahun ini.
Tuntas dengan kredit tersebut, Khancas lalu mengajukan pinjaman lagi Rp 15 juta untuk membeli empat kaveling kebun sawit seluas total delapan hektare milik tetangga, sekaligus untuk memborong bibit.
Aksi akuisisi lahan terus berlanjut hingga sekarang Khancas memiliki kebun kelapa sawit dengan luas 60 hektare. Semua pembelian kebun itu dengan cara kredit ke Lantang Tipo. Sekarang, dalam sebulan produksi sawit Khancas antara 50 ton–100 ton. Dengan harga sekitar Rp 2.000 per kg, omzetnya Rp 100 juta–Rp 200 juta.
Tahun 2010 lalu, Khancas melebarkan sayap ke karet. Pinjaman jumbo senilai Rp 1 miliar dia gunakan untuk membeli lahan seluas 50 hektare plus bibit karet. Pinjaman bertenor 72 bulan itu mewajibkan pria jebolan sekolah menengah atas (SMA) ini membayar cicilan Rp 30 juta per bulan.
Bisa buat apa saja
Penggunaan dana hasil meminjam dari CU memang boleh buat apa saja. Lohen, anggota Lantang Tipo yang lain, pernah meminjam untuk membangun rumah berdinding tembok. Kakek dua cucu ini mendapat pinjaman sebesar Rp 150 juta tahun 2011 dengan tenor pengembalian lima tahun.
Selain bisa menabung dan meminjam uang, manfaat yang Lohen dapat dari bergabung dengan CU adalah: dirinya makin fasih mengelola keuangan. Bersama istri, dia sudah terbiasa memilah pendapatan Rp 14 juta per bulan yang berasal dari kebun sawitnya. Dari jumlah sebesar, Rp 6 juta di antaranya untuk membayar aneka cicilan kredit di CU. Sisanya buat menabung di beberapa produk Lantang Tipo dan membiayai kebutuhan hidup Lohen.
Selain pengelolaan keuangan, anggota CU mendapat pelatihan untuk merencanakan masa depan mereka. Beberapa produk yang CU keluarkan juga disesuaikan dengan kebutuhan, mulai tabungan pendidikan hingga tabungan pensiun.
Yohanes R. J., General Manager Keling Kumang, mengatakan, banyak warga yang berprofesi sebagai petani tak terbiasa berpikir manajemen pekerjaan. Termasuk menghitung untung dan rugi usaha. “Tugas CU adalah melatih entrepreneurship kepada mereka,” ungkap Yohanes.
Itu sebabnya, Abat Elias, General Manager Induk Koperasi Kredit (Inkopdit), bilang, tujuan akhir CU bukan untuk menggantikan bank, tapi mengangkat harkat dan martabat seseorang. Tapi, dia mengkritik bank yang mengeruk dana besar hingga triliunan rupiah dari masyarakat kecil lewat tabungan. “Hanya 5% yang disalurkan lagi ke mereka, sedangkan 95% disalurkan ke kredit konglomerat di pusat,” sesal Abat.
Tarsisius, Chief Executive Officer (CEO) Lantang Tipo, menjelaskan, tiga prinsip dasar CU adalah pendidikan, swadaya, dan solidaritas. CU bisa maju jika anggota yang tak lain adalah juga pemilik koperasi kredit terdidik. Tak heran, CU mendorong para petani menjadi sosok petani mandiri.
Maklum, petani sawit dan karet seperti di Sanggau dan Sintang kebanyakan petani plasma. Dari sisi pengelolaan kebun, memang petani plasma tidak perlu repot-repot karena semua sudah diurus oleh perusahaan perkebunan yang menjadi rekanan mereka.
Tapi, dari sisi biaya produksi, petani plasma lebih besar ketimbang petani mandiri. Lohen membeberkan, kredit yang harus petani plasma lunasi ke bank untuk mengelola dua hektare kebun sawit saja mencapai Rp 172 juta. Sedang petani mandiri hanya butuh pinjaman dari CU Rp 50 juta.
Marjo, Khancas, dan Lohen hanya segelintir warga Kalimantan Barat yang menuai sukses setelah bergabung menjadi anggota CU. Tentu banyak kisah sukses serupa lainnya.
(Surat Kabar KONTAN Edisi 6 – 12 Agustus 2012)

4 komentar:

  1. Halo, nama saya Nona. Dwiokta Septiani Saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati karena ada penipuan di mana-mana. Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial, dan putus asa, saya scammed oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai seorang teman saya merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Anita Charles pemberi pinjaman cepat, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 430 juta dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres pada tingkat bunga hanya 2%. Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah i diterapkan untuk dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan. Jadi saya berjanji saya akan berbagi kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda membutuhkan semacam pinjaman, hubungi Ibu Anita melalui email: anitacharlesqualityloanfirm@mail.com.
    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: septianidwiokta@gmail.com
    Sekarang, semua saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran angsuran bulanan saya yang saya kirim langsung ke rekening mereka.

    BalasHapus
  2. Apakah Anda perlu pinjaman tanpa jaminan untuk mendirikan sebuah bisnis atau pinjaman untuk renovasi dan banyak lagi, pencarian tidak lebih, kami adalah perusahaan yang sah dan pada tingkat bunga rendah dari 2% dan bersedia untuk meminjamkan jumlah yang Anda ingin meminjam dan membuat tahun ini yang berhasil untuk Anda. Mohon mengisi data pinjaman ini di bawah ini dan menghubungi kami melalui email perusahaan kami: gloryloanfirm@gmail.com.
    Nama lengkap: _______________
    Negara: __________________
    Sex: ______________________
    Umur: ______________________
    Jumlah Pinjaman Dibutuhkan: _______
    Durasi Pinjaman: ____________
    Tujuan pinjaman: _____________
    Nomor ponsel: ________

    Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi kami sekarang melalui email: gloryloanfirm@gmail.com

    BalasHapus
  3. Saya sangat bersyukur kepada Ibu Iskandar Lestari karena telah memberi saya pinjaman sebesar Rp700.000.000,00 saya telah berhutang selama bertahun-tahun sehingga saya mencari pinjaman dengan sejarah kredit nol dan saya telah ke banyak rumah keuangan untuk meminta bantuan namun semua menolak saya karena rasio hutang saya yang tinggi dan sejarah kredit rendah yang saya cari di internet dan tidak pernah menyerah saya membaca dan belajar tentang ISKANDAR LESTARI LOAN FIRM di salah satu blog saya menghubungi Mrs Iskandar Lestari konsultan kredit via email:((iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com)) dengan keyakinan bahwa pinjaman saya diberikan pada awal tahun 2017 dan harapan datang lagi, kemudian saya menyadari bahwa tidak semua perusahaan pinjaman di blog benar-benar palsu karena semua hutang finansial saya telah diselesaikan, sekarang saya memiliki nilai yang sangat besar dan usaha bisnis yang patut ditiru, saya tidak dapat mempertahankan ini untuk diri saya jadi saya harus memulai dengan membagikan kesaksian perubahan hidup ini yang dapat Anda hubungi Ibu Iskandar via email: ((iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com))atau melalui dia
    BBM INVITE:{D8980E0B}

    BalasHapus