Kritik dan Saran silahkan kirim pesan ke" bayz.pabayo@gmail.com "

Togavirus Penyebab Demam Chikungunya


Gejala Demam Chikungunya mirip dengan Demam Berdarah Dengue yaitu Demam yang tinggi, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot serta bintik-bintik merah pada kulit terutama badan dan lengan, kadang disertai sariawan. 

Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan ( Schok ) maupun kematian. Masa inkubasi dari demam Chikungunya dua sampai empat hari. Manifestasi penyakit berlangsung tiga sampai 10 hari . Virus ini termasuk Self Limiting Disease alias hilang dengan sendirinya (sembuh sendiri). Namun rasa nyeri masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Cukup minum obat penurun panas dan penghilang rasa sakit yang bisa dibeli di warung, yang penting cukup istirahat, minum dan makanan bergizi.
Virus Chikungunya masuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus, dan ditularkan Nyamuk Aedes Aegypti. Virus ini terus menimbulkan epidemi di wilayah tropis Asia dan Afrika sejak diidentifikasi tahun 1952 di Afrika Timur. Di Indonesia Demam Chikungunya dilaporkan pertama kali di Samarinda tahun 1973. Kemudian berjangkit di Kuala Tunkal, Jambi, tahun 1980. Tahun 1983 merebak di Martapura, Ternate dan Yogyakarta. Setelah vakum hampir 20 tahun, awal tahun 2001 kejadian luar biasa ( KLB ) demam Chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh. Disusul Bogor bulan Oktober. Demam Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi ( Jawa Barat ), Purworejo dan Klaten ( Jawa Tengah ) tahun 2002. Menurut situs Keamanan Laboratorium Kanada, antibodi yang timbul dari penyakit ini membuat penderita kebal terhadap serangan virus selanjutnya.

DEMAM CHIKUNGUNYA
Virus Chikungunya pertama kali diidentifikasi di Afrika Timur tahun 1952. Tidak heran bila namanya pun berasal dari bahasa Swahlii, Artinya adalah yang berubah bentuk atau bungkuk, Postur penderitanya memang kebanyakan membungkuk akibat nyeri hebat di persendian tangan dan kaki. Virus ini termasuk keluarga Togaviridae, Genus alphavirus, dan ditularkan oleh Nyamuk Aedes Aegypti. Gejalanya adalah demam tinggi, sakit perut, mual, muntah, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, serta bintik-bintik merah terutama di badan dan tangan, meski gejalanya mirip dengan Demam Berdarah Dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan ( Schok ) maupun kematian.
Masa inkubasi : dua sampai empat hari, sementara Manifestasinya tiga sampai sepuluh hari. Virus ini tidak ada vaksin maupun obat khususnya, dan bisa hilang sendiri, namun, rasa nyeri masih tertinggal selama berhari-hari sampai berbulan-bulan.
Baik virus maupun penyakitnya kemudian diberi nama sesuai bahasa setempat (Swahili), berdasarkan gejala pada penderita. Maka hadirlah chikungunya yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung (that which contorts or bends up). Setelah beberapa lama, virus chikungunya yang semula bersiklus dari satwa primata-nyamuk-satwa primata, dapat pula bersiklus manusia-nyamuk-manusia.
Pengujian darah (serologik) penyakit chikungunya sering tidak mudah karena serum chikungunya mempunyai reaksi silang dengan virus lain dalam satu famili. Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA.

Virus lain
Virus yang termasuk Famili Togaviridae tidak hanya terdapat di Afrika, tetapi juga di Australia dan Amerika. Salah satu virus dari Australia yang mempunyai kemiripan gejala klinik dengan chikungunya adalah virus Ross River, menimbulkan penyakit epidemic polyarthritis (EP). Tahun 1943, EP mewabah di Australia Bagian Utara (Northern Territory). Dari Australia penyakit ini menyebar ke pulau-pulau di Lautan Pasifik, termasuk Kepulauan Bismark, New Guinea, Solomon, Pulau Rossel, Fiji, Samoa, Wallis, Futuna, Kaledonia Baru , dan Kepulauan ****. Pada wabah di Fiji jumlah orang terserang mencapai 50.000. Meskipun tidak bersifat fatal, penyakit ini sangat mengganggu karena penderitaan pasien dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan. EP perlu diwaspadai, terutama untuk daerah Indonesia bagian timur yang berdekatan dengan Australia. Di Afrika masih ada lagi penyakit virus dengan gejala mirip chikungunya, yakni virus O nyong nyong (ONN). Istilah “o nyong-nyong” diambil dari bahasa daerah di Acholi, Uganda, berarti kelemahan sendi. Penyakit ini ditemukan pertama kali di Uganda tahun 1954, kemudian menyebar ke Kenya, Tanzania, Malawi, dan Mozambik. Pada wabah tahun 1954 diperkirakan jumlah penderita dua juta orang. Meskipun demikian, penyakit ini dinilai lebih ringan dibandingkan dengan chikungunya. Dari Amerika ada 3 penyakit virus dalam Famili Togaviridae yang perlu dicatat, yaitu Eastern Equine Encephalitis (EEE), Western Equine Encephalitis (WEE), dan Venezuelan Equine Encephalitis (VEE). Penyakit ini lebih menonjol pada kuda dibandingkan pada manusia, sehingga dipergunakan istilah “equine” yang berarti kuda. Apabila pada chikungunya dan ONN gejala menonjol adalah radang sendi, ketiga penyakit menimbulkan radang otak (encephalitis). Virus-virus ini juga menimbulkan penyakit parah, bahkan bisa fatal pada kuda dan manusia. EEE tersebar di Pantai Timur Amerika, mulai dari bagian selatan Kanada sampai utara Amerika Selatan. WEE terdapat di Pantai Barat Amerika, sedangkan VEE di Venezuela, Kolombia, Ekuador, Peru, ke Utara sampai Meksiko dan Texas.
Sebagai gambaran keganasan wabah EEE tahun 1938 menyebabkan 184.000 ekor kuda terserang dengan angka kematian 90 persen, WEE menyerang 6.000 ekor kuda di California tahun 1930 dan 50 persennya mati.
Pada orang, EEE dapat menimbulkan kematian antara 50-75 persen dari jumlah yang terserang. Mereka yang sembuh banyak yang mengalami kelumpuhan. Dari ketiga virus, VEE telah ada vaksinnya. Namanya TC-83 dan sudah digunakan pada kuda maupun manusia dengan hasil baik. Di Amerika Selatan VEE punya gelombang epidemi sekitar 10 tahun. Di alam bebas, virus WEE dan EEE dilestarikan dalam siklus burung-nyamuk-burung. Pada VEE siklus rodensia-nyamuk-rodensia. Penularan ke manusia dilakukan oleh nyamuk antara lain Aedes sp. Selama musim dingin ketika nyamuk tidak ada, ketiga virus “bersembunyi” pada rodensia, reptilia dan amphibia. Yang terakhir tentu saja adalah coronavirus yang menghebohkan itu. Sebenarnya ada dua virus corona yang menimbulkan penyakit serius (parah) pada hewan dan menimbulkan kerugian ekonomi cukup besar. Yang pertama adalah penyakit infectious bronchitis (IB) pada ayam. Kematian pada anak ayam umur 2 hari-4 minggu dapat mencapai 90 persen. Penyakit ini ditandai oleh depresi atau lesu, mulut selalu membuka dan menutup karena ada kesulitan bernapas. Penyakit ini tersebar luas di dunia, termasuk Indonesia, namun dapat dikendalikan lewat vaksinasi teratur. Yang kedua, penyakit transmissible gastro-enteritis (TGE) pada babi. Penyakit ini ditemukan di Eropa, Asia, Afrika, Amerika Utara, dan Australia. Gejala yang menyolok pada anak babi adalah diare akut, muntah, dan dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Anak babi yang diserang umumnya mati dalam tempo 5-7 hari. Vaksin TGE juga telah ditemukan. Di Indonesia TGE belum dilaporkan secara resmi, namun ancaman penyakit yang mematikan ini selalu ada.
Demam Chikungunya

DEFINISI
Chikungunya berasal dari bahasa Shawill berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini terjadi pada lutut pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki.
PENYEBAB
Demam Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV). CHIKV termasuk keluarga Togaviridae, Genus alphavirus, dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.

GEJALA
Gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti dengan linu di persendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulang-tulang, ada yang menamainya sebagai demam tulang atau flu tulang. Dalam beberapa kasus didapatkan juga penderita yang terinfeksi tanpa menimbulkan gejala sama sekali atau silent virus chikungunya.

Penyakit ini tidak sampai menyebabkan kematian. Nyeri pada persendian tidak akan menyebabkan kelumpuhan. Setelah lewat lima hari, demam akan berangsur-angsur reda, rasa ngilu maupun nyeri pada persendian dan otot berkurang, dan penderitanya akan sembuh seperti semula. Penderita dalam beberapa waktu kemudian bisa menggerakkan tubuhnya seperti sedia kala.
Meskipun dalam beberapa kasus kadang rasa nyeri masih tertinggal selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Biasanya kondisi demikian terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai riwayat sering nyeri tulang dan otot.

DIAGNOSA
Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA.

PENGOBATAN
Demam Chikungunya termasuk Self Limiting Disease atau penyakit yang sembuh dengan sendirinya. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini. Pengobatan yang diberikan hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitnya, seperti obat penghilang rasa sakit atau demam seperti golongan parasetamol. Sebaiknya dihindarkan penggunaan obat sejenis asetosal.

Antibiotika tidak diperlukan pada kasus ini. Penggunaan antibiotika dengan pertimbangan mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat.
Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah segar.
Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk penanganan penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa mempercepat penyembuhan penyakit. Minum banyak juga disarankan untuk mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat terjadi demam.


PENCEGAHAN
Satu-satunya cara menghindari penyakit ini adalah membasmi nyamuk Aedes aegypti  pembawa virusnya. Nyamuk ini, senang hidup dan berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol bekas yang menampung air bersih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar