Kritik dan Saran silahkan kirim pesan ke" bayz.pabayo@gmail.com "

Cara dalam Pencegahan dan Pengobatan Infeksi oleh Virus

Terdapat tiga cara dalam pendekatan untuk melakukan pencegahan dan pengobatan penyakit viral yaitu: kemoterapi, imunisasi,  dan pemakaian zat-zat yang menginduksi pembentukan interferon atau mekanisme pertahanan tubuh, serta cara lainnya yaitu dengan mengatur perilaku manusia dan lingkungannya.
 Imunisasi
   Banyak vaksin virus yang telah berhasil diproduksi dan efek penggunaannya, misalnya vaksin cacar, vaksin polio-mielitis dan vaksin demam kuning. Vaksin dibuat dengan cara melemahkan atau menginaktifkan virus liar atau dengan menyeleksi mutan avirulen. Selain itu dapat pula dengan cara rekayasa genetik, rekayasa protein maupuncara sintetik. Suatu vaksin memenuhi syarat jika aman pemakaiannya dan efektif.
    Infeksi virus dengan penyebaran sistemik biasanya disebabkan oleh satu tipe virus dengan IgG sebagai reaksi kekebalan humoral utama. Pada infeksi lokal terutama infeksi saluran pernafasan, virus penyebab biasanya terdiri dari berbagai tipe dan karena IgA tidak bertahan lama maka derajat kekebalan yang terjadi pendek serta lemah. Walaupun demikian infeksi saluran pernafasan bawah mempunyai sebab yang spektrumnya lebih sempit dibandingkan dengan infeksi saluran pernafasan atas, ditambah dengan seringnya terjadi antigenic drift virus penyebab infeksi saluran pernafasan, maka umumnya vaksin untuk virus tersebut tidak bersifat efektif.

    Hampir seluruh vaksin virus sekarang merupakan vaksin virus hidup. Perkembangbiakkan virus yang telah dilemahkan didalam sel hospes merupakan rangsang imunogen yang berlangsung lama. Beberapa diantaranya dapat diberikan dengan cara alamiah, sehingga bukan hanya IgG yang dibentuk, tetapi juga IgA lokal. Vaksin yang dipakai umumnya merupakan mutan yang kurang virulen, yang didapat dengan cara pasase virus berulang-ulang. Untuk mempertunjukan hilangnya virulensi, virus tersebut dicoba pada binatang percobaan, dan akhirnya pada sukarelawan.
    Walaupun efektif, terdapat beberapa masalah yang berhubungan dengan vaksin virus hidup, yaitu berupa ketidakstabilan genetis virus, kemungkinan kontaminasi oleh virus berbahaya, intervensi dengan virus liar, dan labilitas terhadap panas.
    Beberapa vaksin hidup memiliki efek samping dari yang ringan hingga yang berat, tetapi jika vaksin tersebut lebih dilemahkan ternyata sifat imunogennya sangat kurang. Poliovaksin merupakan vaksin yang menimbulkan gejala sangat ringan, tetapi vaccinia kadang-kadang menimbulkan kematian. Hal lain yaitu kemungkinan vaksin mutasi kembali menjadi virus liar virulen, dan hal ini pernah dilaporkan pada vaksin virus poliomielitis tipe 3 dan vaksin yang berasal dari temperature sensitive mutan yang menimbulkan infeksi persisten pada otak binatang. Selain itu vaksin virus hidup adalah sel yang digunakan untuk menggembangbiakkan virus terkontaminasi oleh virus lain. Sel tersebut sebelum digunakan untuk mengembangbiakkan untuk vaksin, terlebih dahulu menggandung misalnya paramyxovirus, togavirus, rhabdovirus, arenavirus dan retrovirus. Virus tersebut relatif merupakan virus yang tidak sitosidal, atau mungkin pula sel tersebut menggandung genom virus lain, misalnya papovirus.
    Interfensi juga merupakan masalah yang tak kalah penting. Pada negara berkembang, enterovirus mampu berinterfensi dengan vaksin poliovirus kadang-kadang terdapat pada anak-anak. Pemberian secara sistemik jarang menyebabkan interfensi, mungkin karena vaksin segera menyebar keseluruh tubuh.
    Virus hidup pada dasarnya peka terhadap panas. Masalah ini penting bagi daerah tropik ayng sistem pelayanan kesehatannya belum baik, karena segera setelah direhidrasi vaksin harus dipakai. Karena tidak tersedianya lemari pendigin dan mahalnya vaksin merupakan faktor penting jika objek vaksinasi sedikit.
    Bahan untuk mematikan virus vaksin harus menginaktif asam nukleat, tanpa mengganggu kapsid dan selubung, sehingga sifat antigen virus benar-benar utuh. Tetapi bahan yang umum dipakai yaitu formaldehid dan beta propionilakton tidak hanya menginaktifkan asam nukleat tetapi juga menyebabkan denaturasi protein. Sedangkan sinar ultra ungu hampir tidak dipakai karena kemungkinan terjadinya multiplicity reactivation.
    Masalah yang dihadapi oleh penggunaan vaksin virus mati adalah jumlah antigen yang harus cukup banyak yang berarti kesulitan didalam proses pembuatannya, serta cara pemberian vaksin yang sistemik sehingga tidak menimbulkan kekebalan lokal. Pada vaksin virus influenza, jika jumlah antigen virus diperbesar, sering terjadi reaksi demam terutama pada anak-anak, tetapi kesulitan ini dapat diatasi dengan cara mengguraikan virion memakai desoksikholat.
    Penggunaan immunisasi pasif untuk penyakit-penyakit akibat virus sekarang terbatas penggunaannya, karena telah banyak vaksin virus yang telah berhasil dikembangkan. Yang masih kadang-kadang digunakan ialah penggunaan immunoglobulin manusia untuk pencegahan jangka pendek terhadap hepatitis A. Juga masih digunakan untuk morbili dan penggobatan komplikasi vaksinasi cacar.

Zat Anti Virus
    Kebanyakan zat antivirus yang telah ditemukan tidak memenuhi syarat untuk dipakai dalam pengobatan penyakit manusia, babarapa diantaranya masih memberikan harapan. Zat antivirus yang telah ditemukan diantaranya:
1.    Isatin beta-thiosemikarbason (IBT)
IBT merupakan zat kimia yang kuat menghambat reproduksi poxvirus dengan cara menghambatformasi salah satu protein inti sehingga DNA manjadi hancur. IBT juga menghambat reproduksi adenovirus, sedangkan beberapa zat turunannya dapat menghambat reproduksi enterovirus tertentu. In vitro pada kadar 3 mg perliter IBT dapat menghambat reproduksi virus vaccinia sebanyak 90% tanpa mengganggu sel hospesnya sendiri. Obat ini hanya efektif untuk tindak profilaksis.
2.    2-Hidroksibensilbensimidasol (HBB) dan Guanidin.
HBB dan guanidin dapat menghambat secara in vitro banyak enterovirus termasuk poliovirus. Zat ini dapat menghambat proses replikasi RNA berserat tunggal. Kedua zat tersebut baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama tidak merupakan zat antivirus yang berguna bagi pengobatan in vivo, oleh karena mutan resisten dan bebas dapat timbul secara cepat dan mudah.
3.    Rifampisin
Adalah hasil peragian oleh Streptomyces mediterranei. Rifampisin dan turunannya dapat bereaksi dengan polimerasa RNA kuman dan menggakibatkan penghambatan proses transkripsi. Pada konsentrasi sangat tinggi obat ini dapat menghambat proses replikasi poxvirus dan adenovirus.
4.    Cytarabin (1-beta-D-arabinofuranosylcy-tosine monochloride, Ara-C, Cytosine arabinoside)
Suatu analog pirimidin yang dapat menghambat sintesis DNA virus dan sel dengan cara bergabung dengan DNA dan menghambat DNA polimerasa. Obat ini tidak memuaskan untuk dipakai secara sistemik karena toksik. Pada pengobatan herpes dan vaccinia obat ini tidak sama efektifnya dengan 5-iodo-2-deoksi uridin (IDU).
5.    Dactinomycin (Actinomycin)
Dapat menghambat sintesis RNA yang bergantung pada DNA, jadi menghambat reproduksi sebagian kecil virus DNA. Dactinomycin juga menghambat reproduksi beberapa myxovirus. Mekanismenya belum diketahui dengan jelas. Obat ini toksik untuk sel hewan.
6.    Asam fosfonoasetat
Asam fosfonoasetat dapat menghambat replikasi virus herpes simplek. Zat ini merupakan penghambat polimerasa DNA virus herpes simplex dan tidak mempunyai pengaruh yang bermakna pada polimerasa DNA seluler, serta mempunyai harapan untuk dipakai sebagai obat kemoterapeutika yang khas bagi infeksi herpes virus.
7.    Amantadine dan Rimantadine
Amantadine adalah derivat 1 amino dari adamantane sedangkan rimantadine adalah derivat alfa metil dari adamantane. Amantadine dan rimantadine menghambat proses awal infeksi  atau morfogenesis virus, bergantung pada dosis dan jenis virus. Proses awal ayng dipengaruhi adalah penetrasi atau pelepasan selubung virus. Pada tahap molekuler, amantadine dan rimantadine menghambat interaksi protein M virus influenza A dengan membran sel. Amantadine dan rimantadine tidak berpengaruh pada virus influenza B. Pada dosis tinggi yang toksis bagi manusia, kedua obat jua menghambat kembang biak virus rubella dan beberaa arenavirus tertentu. Amantadine dan rimantadine  dapat dipakai untuk profilaksis infeksi virus influenza A. Untuk dipakai dalam pengobatan kasus infeksi influenza A, kedua obat memberikan hasil yang baikjika mulai diberikan dalam 48 jam pertama timbulnya gejala klinis.
8.    Vidarabine (adenine arabinoside, ara-A, 9 beta-D arabinofuranosyl adenine)
Adalah analog purin yang aktif  terhadap virusherpes manusia. Aktivitasnya terhadap virus herpes simplex dan varicella-zoster lebih baik daripada terhadap virus Epstein-Barr atau Cytomegalovirus. Juga aktif terhadap beberapa virus binatang dari golongan herpes, poxvirus, rhabdovirus dan retrovirus.
Vidarabine bekerja menghambat sintesis DNA virus dengan dosis jauh lebih rendah daripada untuk menghambat sintesis DNA sel.  Cara kerja molekulernya mungkin dicapai melalui:
(i)    penghambatan DNA polimerasa virus,
(ii)    penghambatan ribonuk leotida reduktasa dan
(iii)    inkorporasi ara-A kedalam DNA virus sehingga menyebabkan pembentukan rantai DNA tak lengkap.
Vidarabine tidak bersifat imunosupresif dan mempunyai index terapeutik lebih tinggi dibandingkan IDU atau ara-C untuk virus herpes.
9.    Acyclovir (2-hydroxy ethoximethyl guanine)
Adalah analog guanosin. Aktivitas antiviralnya terbentuk setelah mengalami fosforilasi dengan bantuan enzim thymidine kinasa virus menjadi acyclovir monofosfat. Fosforilasi lanjutan menjadi acyclovir trifosfat terjadi dengan bantuan ensim kinasa sel. Karena itu kadar acyclovir pada sel terinfeksi virus pembawa thymidine kinasa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sel tak terinfeksi. Setelah menjadi Acyclovir trifosfat, ia bekerja secara kompetitif dengan d-guanosin trifosfat, molekul yang terpenting bagi pembentukan DNA oleh DNA polimerasa bahkan berafinitas lebih tinggi dibandingkan dengan d-guanosine trifosfat sendiri. Sebagai akibatnya sintesis DNA virus terganggu.
Aktivitasnya terutama pada herpes simplex dan varicella zoster. Sekalipun cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus tidak membawa thymidinekinasa dan efek obat lebih lemah dibandingkan terhadap virus herpes simplex, acyclovir masih aktif terhadap cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus karena DNA polimerasa kedua virus tersebut terakhir lebih peka terhadap acyclovir trifosfat. Dalam keadaan terakhir, fosforilasi acyclovir seluruhnya dilakukan oleh ensim sel.
10.    Ganciclovir atau 9-(1-3 dihidroxy-2-propoxy) methyl guanine
Adalah analog guanosine. Gancyclovir juga bekerja menggangu sintesis DNA oleh DNA polimerasa. Aktivitasnya terhadap cytomegalovirus lebih besar daripadaterhadap herpes simplex. Karena itu mungkin terdapat perbedaan mekanisme kerja molekuler laindibandingkan mekanisme kerja acyclovir. Ganciclovir mempunyai rasio terapeutik-toksis sempit.
11.    Zidovudine (retvir, azidothimidine atau AZT)
Adalah analog pirimidine yang bekerja pada ensim reverse transcriptase. Aktivitasnya terjadi setelah AZT mengalami fosforilasi oleh ensim sel. AZT akan diinkorporasikan pada molekul DNA virus dan menyebabkan sintesis DNA virus terhenti. Zidovudine aktif terhadap anggota retrovirus, termasuk HTLV1, HIV1 dan HIV2.
12.    Ribavirine (Virazole atau 1-D-ribofuranosyl-1-2-4-triasole-3-carboxamide)
Adalah analog guanosin sintetik. In vitro ia aktif terhadap macam-macam virus RNA dan DNA.  Virus RNA yang dihambat adalah RSV, virus influenza A dan B, parainfluenza 1, virus demam lassa, virus rubeola, bunyavirus, hepatitis A dan HIV.
13.    Fosfonoformat (foscarnet atau PFA)
Fosfonoformat natrium bukan merupakan analog basa DNA tetapi mampu menghambat kerja DNA polimerasa virus herpes simplex, cytomegalovirus dan hepatitis B. Juga mampu menghambat reverse trancriptase retrovirus. Konsentrasi yang diperlukan untuk menghambat ensim virus diatas jauh lebih rendah dibandingkan dengan dosis untuk menghambat polimerasa sel.
14.    Analog timidin
Yang mempunyai aktivitas antiviral diantaranya adalah: (i) 5-iodo-2deoksiuridin (IDU), (ii) triflorotimin (TFT), (iii) bromovinil deoksi uridin (BVDU). Mekanisme kerjanya terjadi melalui inkorporasi obat ke dalam DNA virus sehingga proses transkripsi  dan translasi genom terganggu. IDU dan TFT aktif terhadap virus herpes simplex dan cytomegalivirus. IDU toksik pada pemakaian sistemik.
BVDU merupakan penghambat kompetitif dari DNA polimerasa virus dan juga dapat diinkorporasikan kedalam virus. Ia aktif terhadap virus simplex tipe 1 dan virus varicella-zoster.
15.    Penghambat sintesis protein
Zat-zat penghambat protein yang walaupun tidak praktis untuk dipakai sebagai obat kemoterapeutik, tetapi berguna untuk dipergunakan dalam penelitian replikasi virus adalah puromisin, sikloheksamida, dan p-fluronilalanin yang semuanya dapat menghambat siklus replikasi virus pada berbagai tingkatan.
16.    Interferon
Merupakan zat antivirus yang dikeluarkan oleh sel hospes yang mengalami preinfeksi. Bila ditambahkan pada sel binatang normal, interferon akan melindunginya terhadap infeksi virus lebih lanjut atau lebih tepat lg, dapat menghilangkan kemungkinan bagi infeksi virus berikutnya untuk memulai siklus perkembangan yang produktif. 
Sifat-sifat utama interferon ialah:
a.    Inerferon merupakan suatu protein yang secara biologik luar biasa aktif. Didalam serum interferon cendrung berpolimerasasi atau bergabung dengan protein lain. Bedanya dengan protein ialah ketahanannya terhadap pH rendah. Definisi operasional yang biasa dipakai ialah interferon itu merupakan protein yang setelah disimpan pada pH 2 selama 48 jam pada suhu 4˚C dapat melindungi sel terhadap infeksi virus.
b.    Interferon bersifat khas spesies, tetapi tidak khas virus. Jadi virus yang dikeluarkan oleh sel manusia akan menghambat reproduksi setiap virus didalam sel manusia tetapi tidak didalam sel organisma lainnya dan interferon binatang hanya akan efektif untuk binatang tersebut.
Sel normal biasanya tidak mengandung interferon, interferon dibentuk setelah sel tersebut mengalami infeksi virus, bakteri ataurangsangan zat kimia tertentu. Rangsangan berupa keadaan pada waktu replikasi genom virus berada dalam keadaan optimum. Semua virus yang ada pada saat itu menghambat proses transkripsi dan translasi RNA pesuruh sel hospes yang berhubungan dengan interferon, tidak akan merangsang pembentukan interferon dalam jumlah besar, sedangkan virus yang tidak sama sekali menghambat biosintesis hospes, akan merangsang pembentukan interferon dalam jumlah besar. Semua sel vertebrata mempunyai kemampuan membentuk interferon, terutama sel limfosit. Dibandingkan manusia, sel-sel mamalia lain merupakan penghasil interferon yang lebih efektif.
c.    Interferon sendiri tidaklah merupakan protein yang menghambat reproduksi virus, akan tetapi akan melindungi sel, bila sintesis RNA dan protein sel diperkenankan berlangsung. Jadi interferon merupakan suatu perangsang yang mengakibatkan sel membentuk proteinyang menghambat produksi virus. Hasil uji klinik interferon memberikan banyak harapan dipakai dalam pengobatan berbagai infeksi virus  mauoun pengobatan keganasan.
d.    Berdasarkan susunan kimia dan keantigenannya, interferon manusia terdiri dari tiga jenis yaitu interferon leukosit yang dihasilkan oleh leukosit dan limfosit; interferon fibroblas yang dihasilkan oleh sel-sel fibroblas; dan interferon kebal yang dihasilkan oleh limfosit.
17.    Obat lain
Untuk manusia dan binatang ialah Levamisol dan Isoprenosin (Inosiplex) yang bekerja bukan sebagai sebagai antimetabolit, tetapi sebagai imunostimulan. Obat ini efektif terhadap virus DNA dan RNA. Aktivitas obat ini dapat dihambat oleh serum antilimfosit. Ammonium 21 Tungsto 9 antimonate (HPA), suramin merupakan penghambat enzim reverse transcriptase dan telah dicobakan untuk pengobatan penderita AIDS. Zat warna tertentu dapat pula dipakai  untuk pengobatan terhadap infeksi virus yang daya mematikannya didasarkan fenomena inaktivasi fotodinamik (photodynamic inactivation). Untuk infeksi herpes simplex pada kulit dan membran mukosa pengobatan terdiri dari beberapa tahap:
a.    Pemecahan lesi vesikuler dini
b.    Pemberian zat warna proflavin
c.    Penyinaran selama 30 menit dengan cahaya yang panjang gelombang 450 nm. Zat warna dengan segera bereaksi dengan DNA virus yang terdapat ekstraseluler dan kompleks DNA-zat warna kemudian diinaktifkan oleh cahaya tersebut.
d.    Pada pagi keesokan pemberian zat warna dan pencahayaan diulangi untuk ematikan virus infektif yang baru dibentuk.
Saat ini telah dipikirkan oleh para ahli untuk menggunakan zat anti idiopatik dan zat anti monoklonal yang digabungkan dengan terapeutika, radionukleotida atau toksin untuk pengobatan penyakit infeksi terutama yang kronis.

1 komentar:

  1. My life is beautiful thanks to you, Mein Helfer. Lord Jesus in my life as a candle light in the darkness. You showed me the meaning of faith with your words. I know that even when I cried all day thinking about how to recover, you were not sleeping, you were dear to me. I contacted the herbal center Dr Itua, who lived in West Africa. A friend of mine here in Hamburg is also from Africa. She told me about African herbs but I was nervous. I am very afraid when it comes to Africa because I heard many terrible things about them because of my Christianity. god for direction, take a bold step and get in touch with him in the email and then move to WhatsApp, he asked me if I can come for treatment or I want a delivery, I told him I wanted to know him I buy ticket in 2 ways to Africa To meet Dr. Itua, I went there and I was speechless from the people I saw there. Patent, sick people. Itua is a god sent to the world, I told my pastor about what I am doing, Pastor Bill Scheer. We have a real battle beautifully with Spirit and Flesh. Adoration that same night. He prayed for me and asked me to lead. I spent 2 weeks and 2 days in Africa at Dr Itua Herbal Home. After the treatment, he asked me to meet his nurse for the HIV test when I did it. It was negative, I asked my friend to take me to another nearby hospital when I arrived, it was negative. I was overwhite with the result, but happy inside of me. We went with Dr. Itua, I thank him but I explain that I do not have enough to show him my appreciation, that he understands my situation, but I promise that he will testify about his good work. Thank God for my dear friend, Emma, I know I could be reading this now, I want to thank you. And many thanks to Dr. Itua Herbal Center. He gave me his calendar that I put on my wall in my house. Dr. Itua can also cure the following diseases, HIV, Herpes, Hepatitis B, Inflammatory Liver, Diabetes,Bladder cancer,Brain cancer,Esophageal cancer,Gallbladder cancer,Gestational trophoblastic disease,Head and neck cancer,Hodgkin lymphoma
    Intestinal cancer,Kidney cancer,Leukemia,Liver cancer,Lung cancer,Melanoma,Mesothelioma,Multiple myeloma,Neuroendocrine tumors
    Non-Hodgkin lymphoma,Oral cancer,Ovarian cancer,Sinus cancer,Skin cancer,Soft tissue sarcoma,Spinal cancer,Stomach cancer
    Testicular cancer,Throat cancer,Thyroid Cancer,Uterine cancer,Vaginal cancer,Vulvar cancerBipolar Disorder, Bladder Cancer,Colorectal Cancer,HPV,Breast Cancer,Anal cancer.Appendix cancer.Kidney Cancer,Prostate Cancer,Glaucoma., Cataracts,Macular degeneration,Adrenal cancer.Bile duct cancer,Bone cancer.Cardiovascular disease,Lung disease.Enlarged prostate,OsteoporosisAlzheimer's disease,Brain cancer,Bunyavirus,Dementia.Weak Erection,Love Spell,Leukemia,Fibroid,Infertility,Parkinson's disease,Inflammatory bowel disease ,Fibromyalgia, recover your ex. You can contact him by email or drituaherbalcenter@gmail.com,  ..WhatsApp phone number+ 2348149277967 .. He is a good doctor, talk to him kindly. I'm sure he will also listen to you.

    BalasHapus