Kritik dan Saran silahkan kirim pesan ke" bayz.pabayo@gmail.com "

Pneumonia Radang Pada Paru



            Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja. ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan yang tersering adalah pneumonia. Pneumonia dapat terjadi secara primer atau merupakan tahap lanjutan manifestasi ISNBA lainnya.

           Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi, seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing.
Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia. Pneumonia pada anak-anak paling sering disebabkan oleh virus pernafasan, dan puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun. Pada usia sekolah, pneumonia paling sering disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae.
Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.
            Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab noninfeksi yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Penyebab noninfeksi tersebut meliputi aspirasi makanan dan/atau asam lambung, benda asing, hidrokarbon, bahan lipoid, serta akibat obat maupun radiasi.
            Penggolongan pneumonia atas dasar anatomis dan etiologi. Secara anatomis, pneumonia terdiri dari pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronkopneumonia), dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis).

ETIOLOGI
            Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dengan cara penularan yang berbeda, dan hal ini berdampak kepada obat yang diberikan. Berdasarkan pembagian etiologisnya, pneumonia dibedakan menjadi : pneumonia bakteri, pneumonia virus, mycoplasma pneumoniae, pneumonia akibat jamur, pneumonia aspirasi, pneumonia hipostatik, dan sindrom Loeffler.
Bakteri  merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumonia bakteri itu sendiri bisa diakibatkan Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus, Streptococcus hemolyticus, Streptococcus aureus, Haemophilus influenzae, Bacillus Friedlander, Staphilococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, E.coli. penyebab pneumonia bakteri yang paling lazim pada anak normal adalah Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan S.pyogens.
            Streptococcus pneumoniae (Pneumonia pneumokokus) penyebab paling sering dari pneumonia bakteri, baik yang didapat dari masyarakat maupun dari rumah sakit. Biasanya ditularkan melalui droplet (percikan mucus atau saliva). Staphilococcus aureus (kokus gram positif) dan basil aerobic gram negatif, termasuk Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, dan E.coli, menyebabkan sebagian besar pneumonia nosokomial, dimana pneumonia ini menyebabkan kerusakan yang luas pada parenkim paru dan sering menimbulkan komplikasi seperti emfisema dan abses paru. Pneumonia yang disebabkan oleh organisme Pseudomonas paling sering ditemukan pada pasien yang sakit berat yang dirawat di RS, atau yang mengalami supresi sistem pertahanan tubuh, dan seringkali diakibatkan kontaminasi peralatan ventilasi. Staphilococcus aureus biasanya menular melalui slang infus pada pasien rawat inap yang lemah.
            Virus pernapasan merupakan penyebab pneumonia yang paling sering selama usia beberapa tahun pertama. Pneumonia virus bisa diakibatkan Respiratory syncytial virus (RSV), virus influenza, adenovirus, dan cytomegalovirus. RSV merupakan virus yang paling sering menyebabkan pneumonia, terutama selama masa bayi.
            Pneumonia bisa juga disebabkan jamur, antara lain Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans, Blastomycosis dermatitides, Coccidioides immitis, Aspergillus, dan Candida albicans. Pneumonia aspirasi disebabkan oleh makanan, kerosin, cairan amnion, dan benda asing.
            Penyebab pneumonia yang didapat dalam masyarakat dengan pneumonia yang didapat di RS tentunya berbeda. Infeksi nosokomial lebih sering disebabkan oleh bakteri gram negatif.

Penyebab Paling Sering Pneumonia yang Didapat dari Masyarakat dan Nosokomial
Lokasi Sumber
Penyebab
Masyarakat
Streptococcus pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Haemophilus influenzae
Legionella pneumophila
Chlamydia pneumoniae
Anaerob oral (aspirasi)
Influenza tipe A dan B
Adenovirus
Rumah sakit
Basil usus gram negatif (E.colli, Klebsiella pneumoniae)
Pseudomonas aeruginosa
Staphylococcus aureus
Anaerob oral (aspirasi)
            Pneumonia pada bayi yang baru lahir berawal dari pecahnya ketuban sebelum waktunya

Faktor Resiko Pneumonia
Berikut ini adalah faktor-faktor yang meningkatkan resiko berjangkitnya Pneumonia:
  • Umur dibawah 2 bulan
  • Jenis kelamin laki-laki 
  • Gizi kurang 
  • Berat badan lahir rendah 
  • Tidak mendapat ASI memadai 
  • Polusi udara 
  • Kepadatan tempat tinggal 
  • Imunisasi yang tidak memadai 
  •  Membedong bayi 
  • Defisiensi vitamin A
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia :
  • Umur dibawah 2 bulan 
  • Tingkat sosio ekonomi rendah 
  • Gizi kurang 
  • Berat badan lahir rendah 
  • Tingkat pendidikan ibu rendah 
  • Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah 
  • Kepadatan tempat tinggal 
  • Imunisasi yang tidak memadai 
  • Menderita penyakit kronis

PATOFISIOLOGI
Agen-agen mikroba yang menyebabkan pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi primer, yaitu (1) aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme pathogen yang telah berkolonisasi pada orofaring, (2) inhalasi aerosol yang infeksius, dan (3) penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen infeksius merupakan cara tersering yang menyebabkan pneumonia, sementara penyebaran hematogen jarang terjadi.
Pneumonia pneumokokus
            Pneumococcus masuk ke dalam paru melalui jalan pernapasan secara droplet (percikan). Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadium, yaitu :
  1. Stadium kongesti (4-12 jam pertama)
  • Kapiler melebar dan kongesti
  •  Eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor
  1. Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
  • Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara dan perabaan seperti hepar
  • Warna menjadi merah dan bergranula karena terdapat fibrin, leukosit neutrofil, eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman yang mengisi alveoli
  1. stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari)
  • lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang
  • permukaan pleura suram karena diliputi fibrin
  •  kapiler tidak kongestif lagi
  1. Resolusi (7-11 hari)
  • Eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula

Pneumonia aspirasi
            Pneumonia aspirasi mengarah kepada konsekuensi patologis akibat sekret orofaringeal, nanah, atau isi lambung yang masuk ke saluran napas bagian bawah. Kebanyakan individu mengaspirasi sedikit sekret orofaringeal selama tidur, dan sekret tersebut akan dibersihkan secara normal tanpa gejala sisa melalui mekanisme pertahanan normal.
Pneumonia mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil dialam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia. Tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.
Pneumonia hipostatik
            Pneumonia yang sering timbul pada dasar paru dan disebabkan oleh napas yang dangkal, dan terus-menerus berada dalam posisi yang sama. Gaya gravitasi menyebabkan darah tertimbun pada bagian bawah paru, dan infeksi membentuk timbulnya pneumonia yang sesungguhnya.

KELAINAN FISIK YANG KHAS
Secara umum manifestasi klinis dari pneumonia dapat dibagi menjadi :
(1)   Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan berkurang, dan keluhan gastrointestinal
(2)   Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih besar akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada
(3)   Tanda pneumonia berupa retraksi
Pneumonia bakteri
Pneumonia pneumokokus mungkin ditemukan pada anak yang lebih tua, tetapi jarang diamati pada bayi dan anak muda. Riwayat klasik dingin menggigil yang disertai dengan demam tinggi, batuk, dan nyeri dada. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis untuk pemeriksaan fisik, tetapi dengan adanya napas cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari dapat ditemukan batuk yang mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
Pada  bayi, infeksi saluran pernapasan atas mendahului pneumonia, yang ditandai dengan hidung tersumbat, rewel, dan nafsu makan berkurang. Sakit ringan ini yang berakhir beberapa hari lamanya dengan mulainya mendadak demam 39 ºC atau lebih tinggi, gelisah, ketakutan, dan distress respirasi. Penderita tampak sakit dengan megap-megap sedang sampai berat dan sering sianosis. Distres pernapasan ditampakkan dengan mendengkur/grunting; pelebaran cuping hidung; retraksi daerah supraklavikuler, interkostal, dan subkostal; takipneu; takikardi.
Pada anak, tanda-tanda dan gejalanya serupa dengan orang dewasa. Sesudah infeksi pernapasan atas ringan, sering merasa dingin menggigil yang disertai dengan demam setinggi  40,5 ºC. Demam ini disertai dengan perasaan mengantuk, dengan sebentar-sebentar gelisah; pernapasan cepat; batuk kering pendek, tidak produktif; cemas;dan kadang-kadang delirium atau mengigau. Terdapat kelainan dada, termasuk retraksi, pelebaran cuping hidung, perkusi redup, hilangnya fremitus palpasi dan vokal, suara pernapasan hilang dan ronki halus serta krepitasi pada sisi yang terkena.

Pneumokokus virus
            Biasanya ditemukan demam, tetapi suhu biasanya lebih rendah daripada pneumonia bakteri. Takipneu, yang disertai dengan retraksi interkostal, subkostal, dan suprasternal; pelebaran cuping hidung; dan penggunaan otot tambahan sering ada. Infeksi berat dapat disertai sianosis dan kelelahan pernapasan. Auskultasi dada dapat menampakkan ronki dan mengi yang luas dengan dada hipersonor.
Pneumonia mikoplasma
Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun dengan sedikit lendir. Demam dan menggigil hanya muncul di awal, dan pada beberapa pasien bisa mual dan muntah. Rasa lemah baru hilang dalam waktu lama.

PEMERIKSAAN FISIK
      Pada pemeriksaan dada dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar suara ronki. Penemuan kelainan dada termasuk retraksi, pelebaran cuping hidung, perkusi redup, hilangnya fremitus palpasi dan vokal. Pada auskultasi suara pernapasan melemah dan ronkhi halus serta krepitasi pada sisi yang terkena. Tanda- tanda fisik mengalami perubahan selama perjalanan penyakit. Tanda- tanda klasik konsolidasi terjadi pada hari kedua dan ketiga. Penyakit ditandai dengan perkusi redup, premitus bertambah, suara bronkial dan ronkhi menghilang. Ketika terjadi penyembuhan, ronkhi basah terdengar dan batuk longgar menjadi produktif basah berlendir dan berdak darah banyak. Biasanya perkusi redup pada daerah efusi, dengan pengurangan fremitus dan suara pernafasan. Suara bronkial sering ditemukan diatas batas cairan dan pada sisi yang tidak terkena.

FOTO RONTGEN TORAKS
            Foto toraks (PA/Lateral) merupakkan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan ”air broncogram”, penyebaran broncogenik dan interstitial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidakdapat secara khas menentukkan penyebab pneumonia, hanya merupakkan petunjuk kearah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering mempelihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronco pneumonia sedangkan Klebsiella pneumoniae sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan air bronkogram misalnya oleh Streptococcus Pneumoniae, bronkopneumonia oleh antara lain oleh Staphylococcus, virus atau mikoplasma, dan pneumonia interstitial oleh virus dan mikoplasma.
Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi pada pasien yang tidak sadar, lokasi ini bisa dimana saja. Infiltrasi di lobus atas sering di timbulkan Klebsiela spp, tuberkulosis, atau amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi infiltrat akibat Staphylococcus atau bakterimia :
  • Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia
  • Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
  • Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrasi interstitialis pada pneumonia stafilococcus.


Pembiakan dahak
Pneumonia pada balita sulit untuk ditegakkan karena dahak biasanya sukar diperoleh.
Hitung jenis darah
Leukositosis umunya menandai adanya infeksi bakteri, leukosit normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus atau mikoplasma atau pada infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respon leukosit.

KLASIFIKASI
1.      Berdasarkan klinis dan epidemiologis
a.       Pneumonia Komuniti (community-acquired pneumonia)
b.      Pneumonia Nosokomial (hospital-acquired pneumonia/ Nosocomial pneumonia).
c.       Pneumonia Aspirasi.
d.      Pneumonia pada penderita immunocompromised.
Pembagian ini penting untuk memudakan penatalaksanaan.
2.      Berdasarkan agen penyebab
a.       Pneumonia Bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
b.      Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
c.       Pneumonia virus
d.      Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita daya tahan tubuh lemah.
3.      Berdasarkan predileksi infeksi
a.       Pneumonia lobaris. Sering pada Pneumonia bakterial, jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada 1 lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus, misalnya: pada aspirasi benda asing, atau proses keganasan.
b.      Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercakbercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteri ataupun virus. Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus.
c.       Pneumonia interstitial

PENGOBATAN
            Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiptik pada penderita Pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alasan yaitu:
  1. Penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
  2. Bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab Pneumonia
  3. Hasil pebiakan bakteri memerlukan waktu
Maka pada penderita Pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris.
Secara umum pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab Pneumonia dapat dilihat sebagai berikut:
  1. Penisilin Sensitif Streptococcus Pneumoniae (PSSP)
    1. Golongan Penisilin (100.000 unit/kg/24jam)
    2. TMP-SMZ
    3. Makrolid
  2. Penisilin Resisten Streptococcus Pneumoniae (PRSP)
    1. Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
    2. Sefotaksim, Seftriakson dosis tinggi
    3. Makrolid baru dosis Tinggi
    4. Fluorokuinolon respirasi
  3. Pseudomonas aeruginosa
    1. Aminoglikosida
    2. Seftazidin, Sefoperason, Sefepim
    3. Tikarsilin, Piperasilin
    4. Karbapenem: Meropenem, Imipenem
    5. Siprofloksasin, Levofloksasin
  4. Methicillin Resisten Staphylococcus aureus (MRSA)
    1. Vankomisin
    2. Teikoplanin
    3. Linezolid
  5. Hemophilus Influenzae
    1. TMP-SMZ
    2. Azitromisin
    3. Sefalosporin generasi II atau III
    4. Fluorokuinolon Respirasi
  6. Legionella
    1. Makrolida
    2. Fluorokuinolon
    3. Rifampisin
  7. Mycoplasma Pneumoniae
    1. Doksisiklin
    2. Makrolida
    3. Fluorokuinolon
  8. Chlamydia Pneumoniae
    1. Doksisiklin
    2. Makrolida
    3. Fluorokuinolon

TERAPI NONMEDIKAMENTOSA
  • Pemberian oksigen harus diberikan sebelum penderita menjadi sianotik
  • Pemberian cairan secara intravena : dekstrose 10% dan NaCl 0,9% dengan perbandingan 3 : 1, ditambah KCl 10 mEq/500 ml cairan. Pemberian cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
  • Jika sesak napas terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
  • Untuk pneumonia yang telah mengalami komplikasi, dilakukan drainase dengan torakosintesis jarum ataupun dengan memasukkan kateter ke dalam ruang pleura
  • Koreksi gangguan keseimbangan asam basa untuk mencegah terjadinya sianosis, karena paru merupakan salah satu bagian terpenting dalam mekanisme buffer dalam darah

KOMPLIKASI
            Komplikasi yang dapat terjadi :
  1. Efusi pleura
  2. Empiema
  3. Abses paru
  4. Pneumotoraks

PENGOBATAN TERHADAP KOMPLIKASI
            Penderita dengan pneumonia yang disertai dengan efusi pleura dan empiema harus dirawat inap di rumah sakit. Pemberian oksigen segera pada penderita dengan distres pernapasan sangat mengurangi kebutuhan pada sedatif dan analgesik; oksigen ini harus diberikan sebelum penderita menjadi sianosis. Efusi dianjurkan untuk melakukan drainase, meskipun hanya ada sedikit efusi atau empiema, agar mengurangi peluang terjadinya fistula bronkopleura. Thorakosintesis jarum sering cukup untuk drainase efusi, tetapi prosedur ini kadang-kadang mungkin harus diulangi. Biasanya nanah (pus) mengumpul lagi dengan cepat dan begitu kental atau terlokulasi sehingga menutup drainase, sehingga pipa dada kaliber yang paling besar mungkin diperlukan. Drainage dada tertutup mungkin diperlukan jika cairan pleura purulen ada, tetapi drainase terbuka jarang diperlukan. Jika respons inisial terhadap antibiotik baik, pengobatan oral dapat diberikan untuk menyempurnakan perjalan 10-14 hari. Peragaan roentgenografi, penyembuhan total dapat tertunda selama beberapa hari.
            Munculnya pneumothoraks merupakan indikasi untuk memasukkan kateter segera ke dalam ruang pleura, sering juga menggunakan pipa dada bila terjadi lokulasi. Bila bayi mulai membaik dan paru-paru telah mengembang kembali, pipa dapat diambil, walaupun mereka masih mengalirkan sejumlah kecil nanah. Pada umunya pipa tidak harus tetap di dada lebih lama dari 5-7 hari.

PROGNOSIS
            Dengan penggunaan antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein menunjukkan mortalitas yang tinggi.

PNEUMONIA NOSOKOMIAL
Pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi 48 jam atau lebih saat di rumah sakit, di ruang rawat atau ICU tetapi tidak sedang menggunakan ventilator. Biasanya disebabkan oleh Staphilococcus aureus (kokus gram positif) dan basil aerobic gram negatif, termasuk Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, dan E.coli. Pneumonia ini menyebabkan kerusakan yang luas pada parenkim paru dan sering menimbulkan komplikasi seperti emfisema dan abses paru.

ISPA DEPKES
            ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut, istilah ini  diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggis Acute Respiratory Infencion (ARI ). Istilah ISPA meliputi 3 unsur, yaitu sebagai berikut :
  1.  Infeksi adalah masuknya kuman atu mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembangbiak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
  2.  Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta argan adnexanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomi mencakup saluran pernapasan saluran bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah ( termasuk jaringa paru ) dan oragan adnexa saluran pernapasan. Dengan batasan ini, jaringa paru termasuk dalam saluran pernapasan.
  3.  Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukan proses akut meskipun untuk beberapa panyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA.

            Jadi ISPA adalah infeksi yang dapat terjadi di setiap tempat terdapat disepanjang saluran nafas dan adnexanya ( telinga tengah, kavum pleura, dan sinus paranasalis ).
Secara anatomis ISPA dikelompokan menjadi 2 :
1.      ISPA atas, misalnya batuk pilek, faringitis, tonsilitis.
2.      ISPA bawah, misalnya bronchitis, bronkiolitis, pneumonia.
ISPA atas jarang menimbulkan kematian walaupun insidenya jauh lebih tinggi daripada ISPA bawah.

DUA TANDA KLINIS PENTING PNEUMONIA
  1. Retraksi ( penarikan dining dada kedalam pada waktu bernapas )
  2. Peningkatan frekuensi nafas.

TIGA MACAM KLASIFIKASI PNEUMONIA DALAM PROGRAM ISPA DEPKES
  1. Pneumonia sangat berat
     Diagnosis : Batuk dan kesukaran bernafas ditambah sedikitnya satu dari tanda berikut :
      Sianosis sentral
      Tidak sanggup makan atau minum atau muntah
      Konvulsi, letargis atau tidak sadar
      Kesulitan / kegagalan pernafasan yang berat
     Penatalaksanaan : Rujuk segera pasien ke Rumah Sakit

  1. Pneumonia berat
     Diagnosis : Batuk dan kesukaran bernafas ditambah sedikitnya satu dari tanda berikut:
                                                              i.      Retraksi
                                                             ii.      Nafas cuping hidung
                                                            iii.      Stridor
     Penatalaksanaan :
o  Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai:
o  Kotrimoksazol (4 mg/KgBB Trimethoprim + 20 mg/KgBB Sulfamethoxazole) atau Amoxicillin (25 mg/KgBB).
o   Bila bayi / anak tidak bisa minum obat oral beri kloramfenikol i.m 25 mg/KgBB
o   Rujuk segera ke Rumah Sakit

  1. Pneumonia tidak berat
     Diagnosis :
o   Batuk atau sukar bernafas dan nafas cepat
o   > 60x / menit pada bayi < 2 bulan
o   > 50x / menit pada anak 2 bulan – 1 tahun
o   > 40x / menit pada anak  1 – 5 tahun
     Penatalaksanaan :
o   Rawat Jalan
o   Beri Antibiotik yang sesuai:
o   Kotrimoksazol (4 mg/KgBB Trimethoprim + 20 mg/KgBB Sulfamethoxazole) 2x sehari atau Amoxicillin (25 mg/KgBB 2x sehari) selama 5 hari.
o   Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman
o   Dosis pertama diberikan di klinik, dan ajarkan ibu bagaimana memberi obat selanjutnya
o   Nasehati ibu untuk kunjungan ulang 2 hari berikutnya

KASUS YANG HARUS DIRUJUK KERUMAH SAKIT
·         Pneumonia sangat berat: Bila ada sianosis enteral dan tidak sanggup minum.
·         Pneumonia berat : Bila ada retraksi, tanpa sianosis, dan masih sanggup minum.
·         Bayi dibawah 2 bulan harus dirawat karena perjalanan penyakit lebih bervariasi, komplikasi dan kematian sering terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar